Willem Alexander Kahendake Sarapil.Kepala Daerah Pertama Daerah Kepl.Sangihe dan Talaud
Kepala Daerah Pertama
Kepulauan Sangihe &
Talaud
Willem Alexander Kahendake Sarapil
Lahir di Manalu : 27
September 1891
Meninggal dan dimakamkan
di Enemawira : 25 Mei 1953
JEJAK SEJARAH PEMILIHAN UMUM DI KEPULAUAN SANGIHE DAN TALAUD
Willem A.K. Sarapil
adalah anak dari : Pamoras Sarapil yang berasal
dari Manalu, dengan tugas
sebagai Jogugu Tabukan bagian
Selatan. Pamoras meninggal dan
dimakamkan di Kampung Lesabe, Manalu.
Pamoras
menikah dengan Adinda Janis, Bangsawan Kerajaan Siau
di Enemawira dan melahirkan : David Jonathan
Papukule Sarapil (anak tunggal) yang kemudian menjadi
Raja Kerajaan Tabukan.
David Jonathan “Papukule
Sarapil menikah” dengan Rahel Nuria Tontong, asal Tariang Lama. Rahel Nuriah Tontong Lahir
di Tariang Lama 8 Juni
1863_Meninggal di Enemawira : 6 Desember 1952
Nuria memiliki kakak bernama
Lea dan adik bernama Kada-Kada pernah
menjadi Kapitalaung Naha,
seterusnya meninggal di Manado
(di Teling)
Dari
pernikahan David dan Nuria memperanakan :
1.
Willhelimna Sarapil
2.
Willem/Wiliam Alexander “Kahêndakê” Sarapil
3.
Frida
Sarapil
4.
Sophia
Sarapil
5.
Ariensong Sarapil
6.
Hellena
Sarapil
7.
Costantein Sarapil
Diangkat menjadi Raja
Kerajaan Tabukan sejak 1-9-1922 s/d
14-5-1929
Ditetapkan menjadi Kepala Daerah Kepulauan Sangihe dan
Talaud : 1948 s/d 1950
Diberhentikan
dari jabatan Raja
tahun 1928. (digulingkan oleh
pemerintah Belanda dengan tuduhan
penyalahgunaan keuangan Kerajaan).
Raja Willem Sarapil menjadi ketua Federasi Raja – Raja
Sangir-Talaud pada tanggal 20-3-1948.
Ketika Raja Wellem Sarapil digulingkan dalam waktu singkat
tahun 1929, Justhus Kathiandagho menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara
sebagai jogugu Tabukan.
Willem
diangkat lagi menjadi Raja pada tahun 1945. Pada tahun 1946
ia dipilih mewakili Sangihe-Talaud (Satal) mengikuti Konferensi Malino 16 Juli
1946, bersama J.E.Tatengkeng, mewakili daerah kepulauan Sangihe dan Talaud pada Konperensi NIT di
Denpasar-Bali pada tanggal 7 Desember 1946. Otomatis sebagai peserta, diangkat menjadi
anggota Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) sejak 24 Desember 1946. Kemudian
terpilih sebagai Ketua Senat NIT, dilantik 28 Mei 1949 sampai pemerintahan NIT
bubar 16 Agustus 1950.
Willem
Sarapil telah pergi ke Jakarta dan Yogyakarta menemui Presiden Soekarno dan
Pejabat Presiden R.I.Mr.Asaat, serta menjadi nasionalis yang vokal. Tiga
anaknya bahkan berdinas sebagai anggota TNI. Ia pun sejak 1 Mei 1948 diangkat
menjadi Ketua Dewan Raja-Raja Sangihe-Talaud di Tahuna, sehingga praktis
menjadi Kepala Daerah Satal pertama. Ia meninggal dunia 25 Mei 1953.
Raja yang
menggantikan Willem Sarapil adalah :
Justus
Katiandagho. Tahun 1929 (hanya beberapa bulan saja)
Willem Israel Kakomba
Sinsoe. Tahun 1929.
Zelfbestuurder Landschap Tabukan Willem Alexander
Kahendake Sarapil di bulan Agustus 1921 memperoleh anugerah bintang perak
(zilveren ster) untuk pengabdian dan kesetiaannya. Raja Willem
Sarapil merupakan Raja berpendidikan tinggi. Sejak usia 12
tahun, di bulan Agustus 1904 ia telah dikirim
oleh ayahnya bersekolah di Negeri Belanda, dan masuk ke School met den Bijbel di Varsseveld
lalu Gymnasium (HBS) selama 4 tahun di Arnhem. Tahun 1910 ketika kembali, telah
diangkat sebagai Kapitein Laut di Manalu 1913, lalu Jogugu Karakelang. Ia
kemudian naik tahta sebagai raja dengan menggantikan ayahnya David Jonathan
Sarapil yang mengundurkan diri karena
sakit. Secara resmi dilantik dengan menandatangani korte verklaring 4 September
1922, dan disahkan oleh Gubernur Jenderal pada tanggal 15 Januari 1923 nomor 28.
Latar belakang diberhentikannya Willem Sarapil dari
jabatan Raja.
Berawal
dari laporan Dr.Hendrik Kraemer
yang bertugas sebagai
Zendings-consul. Ia telah berkunjung ke Sangihe-Talaud bulan April 1928.
Kraemer
menyelidiki sejumlah laporan tindak berlebihan para raja termasuk diantaranya peristiwa yang terjadi di tahun 1927, ketika
Residen Manado berkunjung untuk pertama kalinya ke Sangihe-Talaud sejak
pengangkatannya. Pada kunjungan tersebut residen telah diterima pemerintah
setempat dengan kemegahan adat, penghormatan kebesaran, dan tari-tarian yang
dibawakan pria dan wanita, yakni Upase dan Alabadiri yang justru masa itu
dianggap bertentangan dengan norma agama yang dianut kebanyakan penduduk.
Di
Siau, terjadi penolakan oleh beberapa nona Kristen, ketika diperintah untuk ikut menari pada
acara tersebut. Mereka kemudian bersama-sama meminta ‘perlindungan’ seorang
penatua. Hal mana tidak menyenangkan raja yang mendapat kesan kalau penatua
menentang kekuasaannya. Masalah mana telah meluas, hingga menimbulkan pro dan
kontra serta konflik antara raja dan Zending.
Tiba-tiba,
bulan Desember 1928, diumumkan terjadi “kas tekor” di landschap tiga kerajaan.
Raja Siau Lodewijk Kansil, Raja Tahuna Christiaan Ponto dan Raja Tabukan Willem
Sarapil diberhentikan untuk sementara.
Tapi
anehnya, Residen Schmidt seakan melempar tanggungjawab kepada Kontrolir Tahuna
de Boer dan Asisten-Residen Fagginger Auer. Dalam sebuah konperensi pers
‘istana’ di Batavia akhir Februari 1929, Schmidt mengungkap kalau Kontrolir de
Boer melakukan inisiatif sendiri untuk menyelidiki ketiga raja tersebut. Dan
Fagginger Auer adalah pejabat di atasnya yang bertanggungjawab.
Penemuan
kas tekor, diungkap media, telah terjadi sejak 1927, tapi ‘terlupakan’ oleh
kesibukan penyambutan Gubernur Jenderal Jhr.Andries Cornelies Dirk de Graeff yang
datang ke Manado dan Sangihe-Talaud. Baru diselidiki lagi ketika Dr.Kraemer
mengingatkan ketika berkunjung ke Satal April 1928. Di bulan JulI 1928 mulai
dilakukan penyelidikan oleh Kontrolir Tahuna. Tapi, karena kekurangan personil,
baru bulan November 1928 dilakukan investigasi serius.
Dipaparkan,
antara tahun 1924 dan 1928, dari kas ketiga raja telah menghilang belasan ribu
gulden tanggungjawab mereka.
Para
raja di Sangihe dari pemerintah Belanda ketika itu menerima gaji sebesar 400
gulden per bulan (atau setara dengan Rp. 3.186.958,33) ditambah ongkos perjalanan dan akomodasi yang
diambil dari kas onderafdeeling. Selain itu, mereka memperoleh pendapatan
pribadi dari perdagangan kopra yang dimonopoli Menado Produce Company, anak
perusahaan Makasser Produce Company dan Deensche Maatschappij.
Pemberhentian para raja ini menimbulkan reaksi meluas bukan
hanya di Indonesia kala itu, tapi juga di Negeri Belanda. Para istri raja
(Boki) membentuk Comite van Actie bij de
Boki. Mereka berjuang demi kebebasan suami mereka, antara lain dengan
mengirim telegram kepada F.W.Hugenholz, tokoh yang sangat
berpengaruh di lingkaran tinggi Belanda.
Sejak menerima
telegram tersebut, dari Belanda kemudian datang Mr.J.E.W.Duys, anggota Tweede Kamer dari Sociaal Democratische
Arbeiders Partij (SDAP). Mantan Raja, Willem Sarapil dikenal memang memiliki
banyak kenalan di Negeri Belanda serta menjalin hubungan baik dengan kalangan
partai sosialis tersebut.
Dengan
instruksi Residen Schmidt, pada April
1929 dilakukan persidangan terhadap para raja yang diketuai mantan Asisten
Residen P.C.A.van Lith yang menjabat Onderhoofd van de Afdeeling Bestuurszaken
der Buitenbezittingen van het Department van Binnenlands Bestuur
(BB=pemerintahan dalam negeri). Anggota Majelis Persidangan adalah Raja
Tagulandang Hendrik Philips Jacobs, dan dua orang kepala distrik.
Putusan
akhir, ketiga raja dinyatakan bersalah dan diasingkan ke Sulawesi Tengah. Dari
tuntutan 4 tahun, Raja Siau : Lodewijk Kansil diasingkan selama 2 tahun di
Parigi-Sulawesi Tengah. Raja Tabukan : Willem
Sarapil diinternir 2 tahun di Kolonedale-Sulawesi tengah. Paling berat, adalah Raja
Kendahe-Tahuna : Christiaan Ponto, diasingkan selama 3 tahun di Luwuk-Sulawesi Tengah
Pemberhentian
mereka pun secara resmi diputus dengan turunnya beslit gubernemen tanggal 14
Mei 1930. Ketiganya sama, bernomor 1.
Sejak diberhentikan
dan diasingkannya Willem Sarapil,
maka terjadi kekosongan jabatan
Raja.
Setelah
melalui keputusan pengadilan adat, diputuskan mengisi kekosongan pemerintahan.
Residen Manado Schmidt pada pertengahan April 1929 mengangkat :
-
Raja Hendrik Philips Jacobs dari
Tagulandang, untuk sementara bertanggungjawab menjalankan fungsi Raja Siau.
-
Raja Willem Manuel Pandengsolang
Mocodompis dari Manganitu menjalankan fungsi Raja Kendahe-Tahuna
-
Jogugu Levinus Israel Petrus Macpal dari
Tabukan menjalankan fungsi Raja Tabukan.
Pada bulan
November 1929, dilakukan pemilihan Raja secara ‘adat’ dan terpilih :
-
Harmanses, sebagai sebagai Raja Siau.
-
Makahekum, sebagai Raja Manganitu (ayah
dari Wawu Mawira atau
Adela
Makahekum)
-
J. Katiandagho, sebagai RajaTabukan
Hasil pemilihan tersebut diprotes legitimasinya,
karena campur tangan Residen Schmidt, serta ancaman terhadap peserta pemilihan.
Penolakan
terhadap pemilihan para raja ini dibicarakan oleh anggota Volksraad
Dr.G.S.S.J.Ratu Langie dalam sidang parlemen itu. Mereka yang melakukan protes
adalah : Kapitein Laut Tabukan, dan
oleh pemenang pemilihan di Tabukan yaitu Willem Israel Kakomba Sinsoe
yang menjabat Hoofdcommies bij de Afdeeling Comptabiliteit di Palembang.
Pada
pemilihan raja yang digelar di Tabukan 29 November 1929 dan dibuka Residen
Schmidt, Willem Israel Kakomba Sinsoe yang asal Tabukan berhasil terpilih
menjadi raja, dengan meraih 15 suara. Di tempat kedua Jogugu Macpal, pelaksana
raja, memperoleh 9 suara. Calon lain adalah: Paparang memperoleh 8 suara,
Johanes Katiandagho 1 suara, Manosoh 1 suara, dan jago dari Residen yakni
Justus Katiandagho nihil.
Ternyata,
Residen Schmidt tidak setuju dengan
hasil pemilihan tersebut. Esok harinya dilakukan pemilihan kembali. Pemilih
disuruh masuk ke bilik tertutup, diancam dengan pemecatan, bila tidak memilih
jagonya residen saja. Dari 32 orang pemilih, 15 orang ‘terpaksa’ meneken surat
pengakuan yang disediakan Residen.
Akibat
gejolak politik yang terjadi, hasil pemilihan raja-raja tersebut kemudian
dibatalkan pemerintah Hindia-Belanda. Lalu untuk mengatasinya, pada 13
September 1930, di Tahuna, ditetapkanlah
Albert Abast Bastiaan sebagai Raja Kendahe-Tahuna dengan menandatanganin akte van verband, yang kemudian memperoleh
pengesahan dengan beslit gubernemen 2 Februari 1931 nomor 7. Gajinya f.400 per
bulan.
Dua
hari kemudian, 15 September 1930, Levinus Israel Petrus Macpal, resmi diangkat
sebagai Raja Tabukan dengan meneken akte van verband, dan memperoleh pengesahan
dengan beslit gubernemen 2 Februari 1931 nomor 7, dengan memperoleh gaji
bulanan f.400.
Keesokannya,
Aling Janis, Jogugu Ulu, dilantik 16 September 1930 sebagai Raja Siau
dengan meneken akte van verband, dan dikukuhkan beslit gubernemen 2 Februari
1931 nomor 7. Gajinya juga f.400 per bulan.
Mantan
Raja Kendahe-Tahuna Christiaan Ponto tahun 1933 kembali ke Tahuna. Ia tidak
terlibat lagi dalam politik di bekas kerajaannya, meski masih sangat
berpengaruh.
Sedangkan
dua mantan raja lain telah pulang dari pengasingan awal Desember 1932 setelah
menyelesaikan masa pembuangan. Mereka bekerja kembali. Mantan Raja Siau
Lodewijk Kansil tahun 1940 telah diangkat sebagai Jaksa, dan mantan Raja
Tabukan Willem Sarapil aktif dalam dinas pemerintahan, ditempatkan sebagai
bestuurs-asistent di Sulawesi Tengah. Sarapil menjadi ambtenar yang
bertanggungjawab atas penyelesaian masalah penduduk illegal di wilayah Manado,
dan pekerjaannya sangat dipujikan Residen Manado.
Orang-orang
yang terlibat dengan peristiwa penggulingan
Raja Willem Sarapil, dari pihak Belanda, sebagian besar
dipromosi dan memperoleh
jabatan lebih tinggi
diantaranya :
1.
Residen Schmidt menjabat di Manado hingga
1 April 1930. Kolonel tituler ini pulang ke Belanda, diangkat jadi Ajudan Ratu
Wilhelmina dan memperoleh dua penghargaan.
2.
Asisten-Residen Fagginger Auer Agustus
1929 dipromosi jadi Residen Tapanuli.
3.
Mantan Kontrolir de Boer diangkat menjadi
Asisten-Residen.
4.
Mantan President Adatrechtbank van Lith diangkat
menjadi Direktur BB Hindia-Belanda 1933.
Dikutip dari adrianuskojongian.blogspot.com dan beberapa literatur Belanda, termasuk beberapa
informasi dari cucu
Raja Willem Sarapil.
Willem Sarapil
Di Belanda
SURAT KEPUTUSAN
PENGANGKATAN RAJA WILLEM
SARAPIL
PEMBERITAAN PERS
TENTANG PEYALAHGUNAAN
KEUANGAN TIDAK BENAR.
SOERABAIASCH-HANDELSBLAD. TWEEDE BLAD DINSDAG 29 JANUARI 1929
77ste Jaargang No. Ü
STAAT- EN LETTERKUNDIG DAGBLAD VAN NEDERLANDSCH-INDIË.
Peristiwa
Sangi.
Pemberitaan
Pers tentang apa yang disebut perselingkuhan Sangi: kasus penangguhan ketiganya
Rajas di
Sangi: Ponto, Sarapil dan Kansil, karena kekurangan besar dalam lanskap yang mereka kelola.
Informasi
yang sangat tendensius dan salah telah tersebar di Preanger Merah tanggal 17
Januari. Informasi tersebut diperoleh dari penduduk local.
Tentu
saja, dalam hampir setiap kasus kontroversial, ada satu “sisi” yang disukai
terletak
pada peluang public atau menyebarkan fitnah, dan ada juga orang yang bersedia
menjadi perantara untuk tujuan ini - dengan tiga paragraph di akhir cerita
sensasional.
Tuan De
Boer itu, 'tanpa sepengetahuan dan izin sebelumnya dari atasannya, asisten
residen Facninger Auer, melakukan penggerebekan di kantor kerajaan Tabukan,
Tahoena dan Siaoe.
Pada saat
itu Raja Sarapil sdang tidur siang
Sejak saat
itu pula, Raja diberhentikan,
tetapi diprotes kepada Gubernur Jenderal; dia disuruh pergi ke Manado;
Disaat yang
sama pula, de Boer melakukan penyelidikan, di kantor Raja Ponto di Tahuna dan
Raja Kansil di Siau, diberhentikan dan
di bawa ke
Manado.
saat itu
dia sedang mengobrol dengan Assisten
Residen. Fachinger Auer
Dalam penyelidikan ditemukan total defisit 25 ribu
Raja mengatakan
bahwa semua itu bukan untuk keuntungan saya sendiri, tetapi telah
dipinjam oleh beberapa pejabat Eropa dan
tidak dikembalikan.
Asisten
residen "Fachinger" Auer sudah lama mencurigai adanya masalah, namun
mereka menunggu di Menado Bersama amanah untuk pemeriksaan lenskep.
Tuan de
Leeuw dikirim ke Sangihe.
Oleh
karena itu, sangatlah tidak benar bahwa Pengendali De Boer bertindak tanpa izin
dari
atasannya, Tuan "Fachinger" Auer;
sebaliknya,
ia memandu segalanya.
Mari kita
ambil masalah penyelidikan
mohon
diproses untuk mendapatkan informasi yang benar.
Lanskap menerima
uang pajak dari penduduk,
yang harus
dilakukan oleh gubernur sendiri
dititipkan
pada pemerintah Kerajaan Kendahe
Tahuna, yang merupakan pemegang uang tunai.
Ada lima
Pemerintahan Mandiri di
Sangi:
1. Raja
Mocodompis dari Manganitoe,
2. Raja Jacobs
dari Tagoelandang,
3. Raja Kansil
dari Siaoe
4. Raja Ponto
dari Tahoena
5. Raja Sarapil
dari Taboekan.
Hampir
semua Raja di Sangihe menjadi berkerabat melalui pernikahan; Raja
Mocodompis
dan
rekan-rekannya Ponto dan Sarapil semuanya tiga menikah dengan saudara perempuan
tuan
Kansil.
Uang pajak
yang diterima sangat tidak mencukupi, kecuali jika diasumsikan bahwa
penduduknya tidak hidup layak membayar pajak.
Pemerintahan
di Manado mempunyai indikasi tertentu yang mengindikasikan adanya utang
harus
berbohong kepada para raja, dan bahwa mereka harus menerima uang dari dana
tersebut untuk keperluan pribadi mereka digunakan.
Faktanya
adalah banyak lenskep yang sudah ada belum diperiksa selama bertahun-tahun.
'Pengurus
Manado saat ini, yang mencurigai dewan tersebut, harus menunggu di Uisschen
dengan
dimulainya penyelidikan pejabat administrasi kedua tersedia
telah pergi
ke Sangi untuk meminta bantuan dikirim.
Tentu saja
kemudian datanglah inspeksi
lenskep.
Mungkin
saja, ketika ini Tuan Sarapil memulai tidur siangnya melakukannya - bukannya
tanpa kemarahan dan rasa ngeri terhadap mereka yang mengganggu tidur siang itu,
dimasukkan ke dalam pemberitaan Preanger Bode.
Pada saat
pemeriksaan, menurut cerita itu lagi, adalah Raja Kansil.
“Catatan kaki”.
dalam percakapan dengan <ass.-residen Fagginger Auer.
"Nota
bene" sepertinya menunjuk pada keadaan yang memberatkan di sini; Nota
bene" sepertinya menunjuk pada keadaan yang memberatkan di sini; mungkin
pemeriksaan tunai
penyusun
Preanger Bode-rclaas jauh lebih tidak salah dan buruk dibandingkan Tuan Kansil
"nota bene" berada di tric-trac pada saat itu berdedikasi.
Namun
hanya sedikit orang yang mau melakukannya keseriusan yang suram dari "nota
bene" ini
bisa
menyadari.
Ternyata
ketiga raja tersebut kekurangan uang, bukan 25.000 gulden, tapi setidaknya pada
pandangan pertama 50.000 gulden, sementara jumlah ini terus bertambah.
Apakah
tiga perempat ton, atau hampir satu ton penuh? Kita hanya tahu bahwa jumlahnya
jauh lebih kecil dari setengah ton.
Dan
ternyata juga ketiga raja tersebut mengalami defisit pajak dari tahun-tahun
sebelumnya
mencoba
berhenti mengambil uang.
Salah satu
raja telah mencoba melakukan segalanya
untuk
menghilangkan dokumen pendukung, seperti laporan pajak, daftar dinas militer,
dll,
tetapi
“kepahitan dan keresahan masyarakat tentang sikap pejabat
tidak
terlalu besar, atau "kapitans laoet" (kepala desa) langsung
memikirkan hal itu
dokumen
pendukung administrasi yang menyertainya
Di
Taboekan hal ini dilakukan
untuk
mengumpulkan uang di kalangan penduduk untuk menutupi defisit kas raja
untuk
menutupi; mereka sudah punya beberapa ribu
" gulden
bersama-sama, ketika dewan ini
mendengarnya,
kemudian Raja Sarapil juga mendengarkan.
Sekarang
masih menjadi NLG 30.000
berjumlah
f 40.000; pada tahun 1926 masih demikian
.67.000
gulden. .
Akhirnya,
cukuplah kita dengan pernyataan ini:
Raja yang
bersalah dalam petisi telah meminta maaf atas perbuatan mereka.
Kita tidak
boleh mengantisipasinya
:
tidak satu
pun dari hari-hari ini yang diberitahukan oleh Gubernur Jenderal mengenai
penyelesaian kasus mereka
akan
diputuskan.
PLEDOI RAJA SARAPIL
PADA PENGADILAN ADAT SANGIHE.
ALGEMEEN HANDELSBLAD
membuat berita dengan
judul : RAJA YANG
TIDAK JUJUR.
Rincian
lebih lanjut tentang sidang pengadilan adat.
SURABAYA,
16 April 1929
Di Tahuna.
Sidang
pengadilan adat, yang memvonis Raja sendiri karena penggelapan di lenskep, tetap menginformasikan bahwa
terdakwa pertama menyampaikan permintaan maafnya.
sehingga
tidak ada kesempatan baginya untuk melanjutkan pemerintahannya
Oleh
karena itu, dia menyatakan “berhenti”.
Menandatanganinya
sebagai dokumen pertanggungjawaban untuk meletakkan pundi-pundinya. Namun,
pengembalian ini memang benar adanya seperti yang diakui terdakwa, salah.
Permohonan.
Tn. Vau
Hoeven, pembela HAM, melakukan protes keras terhadap perlakuan di hadapan
Madjelis (pengadilan untuk penduduk asli) dan melakukan hal tersebut.
Seruan
terhadap posisi pemerintah, yang tertuang dalam memorandum tentang kebijakan
politik
hlm. 133
dan 137.
Pembela
menyebutkan berbagai keadaan yang meringankan, termasuk fakta yang terjadi
selama periode tersebut antara tahun 1912 dan 1927, tidak kurang dari empat
belas
pejabat
administrasi satu sama lain di wilayah pemerintahan sendiri ini; berhasil dalam
pemerintahannya.
Sungguh
luar biasa bahwa gangguan dimulai pada tahun 1924,pada 4
pejabat.
Dewan
tidak pernah melakukan kontrol apa pun.
Spr.
mengutip contoh yang membuktikan «lat Ook pejabat terus melakukan perusakan
secara tidak sah untuk memiliki akses terhadap dana dari dana lanskap.
Banyak
kekurangan pada kas raja menurut pembela : telah muncul untuk digunakan dalam berbagai keperluan,
Misalnya
untuk menanggulangi biaya yang diakibatkan dari kunjungan resmi.
Selanjutnya
gameid,-.dut Pak Elout, editor fl "Algemeen Handelsblad"
di
Amsterdam, menghadiri sidang.
(Aneta).
MENADO, 16
April. Pengadilan Adat di Tahuna, terdiri dari pejabat di
administrasi
dalam negeri;
Ketua : Raja
Tagoeladang dan dua kepala desa
sebagai
anggota, mantan raja Taboekan, Sarapil, juga dijatuhi hukuman pengusiran dari
kerajaannya selama 2 tahun. (Dan dan seterusnya.)
PEMBEBASAN
SARAPIL
Raja
Sangihe.
Di Gouv.
menyimpulkan adalah Cristiaan Ponto, Lodewijk Nicolaas Kansil dan Willem
Sarapil
merasa lega direktur lanskap Kandahetahoena, Siaoe dan Tabotkan
(subdept.
Kepulauan Sangihe, dept. en kediaman Manado).
W.A.K.
Sarapil di Parlemen NIT
Konstitusi
Baru Indonesia Timur.
Dalam
siarannya ke Belanda melalui radio Indonesia™
sie,
studio Makassar, tanggal 15 Juni j.1. cuaseries berikutnya
dipegang;
“Pembahasan
UUD baru Indonesia Timur sudah beberapa waktu menjadi perhatian Badan
Perwakilan Sementara.
sisi
parlemen serta sisi Pemerintah adalah salah satunya
ketekunan
yang terpuji, yang kebetulan mencerminkan ketelitian pertukaran gagasan
mengenai pemerintahan yang kontroversial ini
tidak
menyebabkan kerusakan apa pun.
Sekarang
jelas bahwa hal itu sudah di depan mata
tujuan
diambil; pemungutan suara terakhir pada tanda terima/erp pada tanggal 20 hari
ini, dengan
tidak ada
kemungkinan yang dapat dicapai, dan hal ini terjadi sekali lagi
ada
kebutuhan untuk memperpanjang masa jabatan Parlemen Sementara agar mempunyai
kesempatan
untuk
menyelesaikan rancangan konstitusi sebelum keberangkatannya.
Hal ini
tentu saja untuk Menteri Keuangan
- agak
mengecewakan, karena perpanjangan masa jabatan parlemen tentu saja memerlukan
peningkatan biaya
dan saat
ini sedang menunggu langkah-langkah penghematan
perekonomian
negara. yang akan dimasukkan dalam anggaran tahun 1950
diolah,
hemat semaksimal mungkin sudah menjadi motto yang terus dipertahankan - Tapi
juga orang itu, yang di Makassar
menangani
tali dompet umum, pasti sudah siap
untuk
mengakui bahwa peningkatan pengeluaran adalah hal yang wajar dalam hal ini,
karena hal penting seperti Konstitusi tidak dapat diabaikan begitu saja -
Proses
parlemen akan segera dilakukan
disela,
saat Puasa mengawali bulan puasa Islam,
sehubungan
dengan itu sebagian besar anggota Mohammedan kembali ke tempat tinggal mereka
untuk memenuhi kewajiban agama mereka di sana. Setelah reses ini, pengobatan
akan dilakukan
Konstitusi
kemudian dapat dilanjutkan secepat mungkin.
Senat
Sementara yang bertemu pada 28 Mei . menjadi resmi
dipasang,
akan terjadi segera setelah Parlemen memulai prosesnya
sudah
siap, juga harus berurusan dengan rancangan konstitusi
Sedangkan
tubuh yang kita ketahui ini bersifat organik
representasi
dari berbagai Daerah dan sangat
kuat, dan
pada tingkat tertentu juga merupakan elemen pemerintahan mandiri di Indonesia
Timur
mewakili,
antara lain terlibat dalam penyusunan " e
nominasi
untuk Presiden dewan tinggi ini, ais
sebagian
dengan pekerjaan persiapan lainnya.
Secara
informal, para Senator telah mempelajari rancangan Grondv/et dan ketuanya,
^adja
Sarapil van Sangihe e: Talaud, beberapa kali bisa bersama beberapa Senator di
galeri khusus Parlerr.e v
menemukan.