Frederik Imanuel Adriaan
Frederik Imanuel Adriaan, Raja terakhir kerajaan Kendahe_Tahuna.
Memerintah tahun 1942-1949
Sebelum menjadi raja, bekerja sebagai Boekhouder (akuntan) di SulawesiTengah.
Frederik menikah dengan Marry/Maria/Marietje anak dari Puengbulaeng Dumalang (bawu ari). Puengbulaeng nama saraninya adalah Dorkas.
Dorkas adalah anak ke-6 dari 7 orang bersaudara anak dari Raja Salmon Tuwondai Dumalang.
Dorkas menikah dengan Makiparingang Paparang dan melahirkan:
1. Jetje Paparang
2. Marietje Paparang. (Isteri dari Raja Fredrik Imanuel Adrian)
3. Loly P. Dumalang(anak piara) anak dari Sapiutan Dumalang.
Salah satu saudara kandung dari Dorkas bernama Markus Mohonis Dumalang juga menjadi raja kerajaan Kendahe Tahuna yang dijuluki Datu Nalamise (raja yang mati di laut).
Fredrik Adrian mengawali karirnya sebagai petugas pembukuan pemerintah Belanda di Kesultanan Sigi_Donggala sampai tahun 1931
Memiliki tanah pembelian yang sangat luas di daerah Sigi,Dolo,Donggala dan di Bandar Palu (saat ini Pantoloan).
Selanjutnya menjadi staf ahli A.A.Bastian/Raja kerajaan KendaheTahuna (Raja Bastian menikah dengan Paparang).
Pada tahun 1942 ditetapkan menjadi Raja dan berakhir tahun 1949.
Sampai tahun 1949, Raja Adrian tidak mau membubarkan kerajaan Kendahe
_Tahuna sebagai mandat raja Salmon Tuwondai Dumalang (raja pertama kerajaan Kendahe_Tahuna)
Tetapi oleh permintaan anak mantunya bernama Mayor John Rahasia, akhirnya Raja Adrian menyerahkan kekuasaan termasuk arsip-arsip penting kerajaan kepada pemerintah baru RI.
Sejak tahun 1950 ditetapkan sebagai kepala kantor Agraria Sangihe Talaud yang pertama.
Frederik Adrian menjadikan rumahnya sebagai kantor dan mendirikan rumah baru sebagai tempat tinggal.
Pada saat menjadi Raja, Fredrik menempati sebuah Istana (dari kedinastian Paparang dan Salmon Dumalang dalam bentuk Bale Lawo. Bangunan tempat didirikan Istana kemudian didirikan Rumah Sakit Liunkendage.
Salah satu sisi halaman istana tersebut pernah dijadikan kebun kecil oleh dr.Gyula Cseszko (pendiri RS.Liunkendage).
Leluhur dari Fredrik Adrian bernama ADRIAAN seorang pelaut Portugis yang kapalnya karam di dekat Bukide Manganitu.
Kapal tersebut akhirnya tenggelam. Adriaan lalu menikah dengan seorang gadis dari kampung Gunung (Talengen) sampai meninggal dan dimakamkan di kampung Gunung.
Raja Fredrik telah meninggalkan banyak arsip penting kerajaan Kendahe Tahuna (klasifiikasi manuskrip dari tahun 1800), menulis buku tentang kerajaan, dan arsip _ arsip agraria.
Termasuk data-data kepemilikan pribadi Raja Adrian atas lahan yang didirikan kantor BPU, Kantor Pengadilan, Kantor Lurah Soataloara beberapa tanah di Apengsembeka, di Angges juga tanah - tanah pembelian dari kaum Tionghoa di kota Palu dan Donggala.
Arsip-arsip tersebut masih tersimpan rapih oleh keturunanannya.
Fredrik Adrian meninggal di Tahuna, sedangkan isterinya Marietje Paparang meninggal di rumah dari Mayor John Rahasia di Sindulang dan dimakamkan dalam arak-arakan kerajaan di Tahuna.
Pemakaman mereka