Kisah PERSAHABATAN Tatawi dan Basalamah.

PERSAHABATAN  DUA  ORANG BEDA  AGAMA DAN BEDA SUKU.
PERSAHABATAN  BASALAMAH DAN TATAWI
Disusun  oleh : Alffian  Walukow
Mei_2022

Peristiwa  ini  terjadi di kota   Tahuna  kepulauan  Sangihe.  Kisah  persahabatan diperolah dari  dua  buah  rumah  tua di  Tahuna yang  dididirikan  secara bersama  pada  kurun  waktu tahun 1920.

Tersebutlah seorang  pribumi  Sangihe  bernama  Jacob  Tatawi.

Jacob  Tatawi  lahir di :  Bowohang_Tahuna, tahun 1846.  Meninggal dan  dimakamkan di  Bowohang_Tahuna  : 24  Juli 1960 dalam usia  104  tahun.
Jacob  adalah  salah satu murid di  Sekolah  Gunung  yang dikelolah  oleh  Pdt. Erns  Traghout  Steller.
Jacob menikah  dengan Rahel  Makawimbang.  Tidak  diketahui  tempat  kelahiran  Rahel, tetapi dilahirkan  pada tahun  1885.    Rahel meninggal dan dimakamkan di Bowohang, 28 Juni 1964  dalam  usai  84 tahun. 

Dari pernikahan  tersebut dikaruniakan  8  orang  anak  dan telah  membentuk  keluarga :
- Kel. Sagara Lukas-Tatawi (Susana  Tatawi) 
Sagara  Lukas, lahir : 16-6-1916, Meninggal  : 27-8-1992 
Susana  Tatawi, lahir : 19  Maret  1912, Meninggal : 19 Januari 1980
Menurunkan :  Kel. Lukas Paparang, Kel.  Samahati  Lukas,    
- Kel. Tatawi_Pukoliwutang 
- Kel. Aling_Tatawi  (Adriana  Tatawi) 
- Kel. Tatawi_Kateluang ( Maklon  Tatawi)  lahir : 29-8-1917, meninggal : 17-12-1989
- Kel. Lahawia_Tatawi 
- Kel. Sasamu_Tatawi (Hadriet  Tatawi)
- Kel. Luase_Tatawi 
- Kel. Medellu_Tatawi (anak  piara, dari keluarga  oma)
Salah  satu diantara  anak mereka  bernama Susana  Tatawi, disekolahkan  oleh ayahnya  di Manganitu.  Dalam perjalanannya  ke  sekolah,  Susana  diantar oleh  ayahnya dengan  menunggangi  seekor  kuda. Susana adalah  anak  Jacob  yang  sangat  fasih  berbahasa  Belanda.
Sejak  masih  belum  menikah, Jacob  adalah seorang pekerja.  Pekerjaan utamanya  adalah petani.  Diceritakan  bahwa  kepemilikan  tanah  Jacob Tatawi,  mulai  dari  kantor  Dinas  Kesehatan  sampai ke “Panta Kapal” dekat   Pedine,  ruas  jalan  menuju  Manganitu.  Terdapat  juga  beberapa  buah  tanah  di  kawasan  Tona yang  kini  telah didirikan  gereja  GMIST  Pekakentengan  dan  beberapa  tanah disekitarnya.
Dimasa  itu Jacob berteman dekat dengan  seorang  Arab bermarga  Basalama. Basalamah  adalah  keluarga Arab  yang berasal  dari  Ternate yang menjadi  pedagang  sekaligus  ulama di  Tahuna.  Temannya itu,  mengawali pekerjaannya sebagai  peternak  kambing,  seterusnya kemudian mulai beralih  profesi  sebagai  pedagang. Melihat  keadaan  itu, sebagai  seorang teman  dekat,  Jacob merasa  perlu menjual  semua  hasil bumi miliknya  ke  Basalamah untuk  mendukung  usahanya.  
Semakin  lama,  usaha  dagang  Basalamah makin   maju,  lalu  dipekerjakanlah  Jacob  dalam  usaha  dagang  tersebut. Jacob  menjadi kaki  tangan/orang  kepercayaan  dari Basalamah. Tugas  Jacob  awalnya  adalah penanggung jawab masuk-keluarnya  hasil bumi  berupa cengkih, pala  dan  kopra.  Makin  lama, persaingan  dagang pembelian hasil  bumi  makin ketat.  Basalamah  merubah  caranya, dengan  melakukan  pembelian  hasil  bumi di dipinggiran  pulau  Sangihe  dan  pulau-pulau kecil  pinggiran  pulau  Sangihe, Talaud  bahkan  sampai  Kwandang Gorontalo. Tugas  tersebut  ditangani  oleh  Jacob.
Setiap kali kembali  dari  tugasnya,  Jacob  sering  membawa  balok-balok  kayu hasil  pembelian seperti  kayu  hitam  dari  Talaud dan  kayu  Besi  dari  Gorontalo.  Merasa balok-balok  yang  dibeli  sudah  layak  untuk  jadi  bahan bangunan  rumah,  maka secara  bersamaan mulai  membangun  rumah  tinggal  baru. Mereka  mempercayakan kepada seorang  tukang  asal kampung  Kauhis  untuk  membangun rumah  tersebut. 
Jacob  mendirikan  rumah  di  tanah  miliknya  di  perdusunan  Bowohang_Tapuang,  Basalamah  membangun  rumahnya  di  kampung  Arab  dekat  Towo,e.  Kedua  rumah  tersebut  diresmikan  bersama-sama  pada  tahun 1926.  Sampai  saat  ini tidak diketahui  lagi keberadaan  tukang  tersebut,  tetapi  salah  satu  keturunannya  kini  berada  di Lampung.
Rumah  Jacob  kemudian  menjadi  sebuah  rumah  yang  sangat  bersejarah. Rumah  tempat  tinggal  Jacob  tersembunyi  ditengah  hutan.  Pada  masa  kedatangan  pasukan  Jepang, saat  terjadi  perang dengan  pasukan  Sekutu,  semua  keluarga  besar Basalamah  mengungsi  di  rumah  Jacob.  Saat  pemboman  kota  Tahuna,  keluarga  Jacob  dan  Basalamah  membungkus  rumah  tersebut  dengan  pohon  bambu  dan  pelepah  kelapa  agar  tidak  kelihatan  oleh  pesawat  Jepang.
Selain  sebagai  pengungsian  dimasa  pendudukan  Jepang, rumah  Jacob  sudah  sering  dijadikan  tempat  mengungsi  dari keluarga  Basalamah  dan  keluarga  dari  Angges  saat  terjadi  letusan  gunung  api Awu. Pengungsian  terakhir terjadi  saat  letusan gunung  api Awu  tahun 1966.
Meskipun  kedua  sahabat  itu  telah  tiada,  tetapi  persahabatan mereka  masih  dilanjutkan oleh anak_cucu  mereka  sampai  saat  ini.

Keturunan  dari Jacob  Tatawi   yang  menjadi  kaum  terpelajar  diantaranya :
1. Dr.Aling
2. Santrawan  Paparang, SH  (Kel. Paparang Tambuwun)
3. Ferdinand  Tatawi, SH (Kel. Tatawi Tumbelaka)
4. Dr. Debby  Tatawi
5. Dra. Henitje  Tatawi
6. Dirk Misa, ST
7. Sherly  Luase, M.Pd
Sumber  informasi  : wawancara Mei 2022 :
1. Anatje  Tatawi  (64 tahun) di  perdusunan  Bowohang/Tapuang. (cucu)
2. Asti tatawi (65  tahun)  Kel. Makagansa Tatawi di  perdusunan  Bowohang/Tapuang. (cucu)
3. Chaeryah  Basalamah.


Postingan populer dari blog ini

Sangihe - Siau - Taghulandang sampai tahun 1939

Mengenal Gajah Purba Sangihe, Stegodon Pintarengensis

Fam Makaminan dan Perannya di Masa Lalu