Raja Engelhard Bastiaan
RAJA KEBAL SENJATA DARI KERAJAAN KENDAHE TAHUNA
A.A.Bastian diangkat menjadi raja mengantikan Christian Nomor Ponto yang dipecat oleh Belanda.
Ditetapkan pada bulan Mei 1930,didefinitifkan 13 September 1930.
Pengesahan GubernurJendral Hindia Belanda dalam besluit no.7_2 Februari 1931
Menerima gaji diluar biaya perjalanan dan akomodasi sebesar 400 gulden/bulan.
Meninggal karena sakit di Manado, seterusnya diganti oleh anaknya bernama Engelhard Bastiaan.
Ditunjuk menjadi raja tahun 1941, resmi menjadi raja sampai tahun 1944.
(Versi:adrianuskojongian)
Dalam versi lain: Buku Manajemen Pemerintahan Daerah Sangihe Talaud.Oleh Ferdinan Wenas,SH,MS,MM_Drs.O.K.Makagansa,M.Si_Josepus Kakondo,BEA
A.A.Bastiaan berkuasa selama 1930 sampai 1939.
E.Bastiaan berkuasa selama 1939_1944
PEMBANTAIAN TAHUN 1944
Raja Kandhar-Taruna Engelhard Bastiaan masih muda. la menduduki tahtanya Agustus 1941 dalam kedudukan sebagai pejabat lalu definitif dengan menggantikan ayahnya Albert Abast Bastiaan yang wafat 11 Juni 1941. Raja yang memperistri wanita berfam Parengkuan dari Minahasa itu, saat Jepang berkuasa sedari Mei 1942 hingga Juli 1943 dipercaya menjalankan pemerintahan di bekas Onderafdeeling Sangihe en Talaud-eilanden yang sebelumnya dikendalikan Kontrolir J.G.H.Kramps dan Kontrolir W.Langendonk. Lalu dengan tuduhan dibuat-buat ia ditangkap Kempetai. Ada versi, posisi Syutjo (sebutan raja di masa Jepang) itu tidak lama dipegang, karena ia disebut sudah dieksekusi di tahun 1942 juga. sumber : adriaanuskojongian
Kesaksian Carlos Makagansa, saksi mata pembunuhan Raja Engelhard Bastiaan algojo pasukan Jepang.
Sebelum eksekusi berlangsung algojonya sengaja menghambur-hamburkan garam ke mana- mana, entah apa maksudnya," kisah Carlos yang mengungkap lagi masanya di Tahuna 1929-1947 sering berada di istana raja Tahuna di Apengsembeka, dimulai ketika Raja Albert Bastiaan meninggal dunia tahun 1939 (data tahun ini sallah) dimana seluruh murid Sekolah Zending hadir menyanyikan lagu penghiburan sekaligus penghormatan. Salah seorang anaknya, yakni adik bungsu Raja Engelhard adalah teman sekelasnya ketika pindah dari Hollands Inlands School (HIS) Tahuna yang ditutup Jepang.
Akhirnya tiba giliran eksekusi bagi korban terakhir yang masih hidup, yakni Raja Tahuna Engelhard Bastiaan. Raja muda tersebut menolak ketika matanya akan ditutup. la membungkuk di depan lobang galian lain yang telah berisi jenasah rekan-rekan raja, para bangsawan dan Emma Rosza Cseszko. Lalu sang algojo sambil berteriak keras mengayunkan samurainya, telak mengena tengkuk sang raja. Namun, ajaib tidak terjadi apa-apa, bahkan mata pedang samurai hilang, entah kemana. Algojo kedua mengambil alih. Kembali kejadian seperti tadi terjadi, mata samurai algojo raib. Setelah dua kali gagal, kini kedua algojo beraksi bersama dengan mengganti samurainya dengan bayonet. Mereka menikam menyilang dari sebelah-menyebelah. "Kelihatannya bayonet algojo menembus dari leher ke dada. Namun, kejadian gaib terulang. Rajaku hanya memberontak dan tidak apa-apa, ia masih hidup. Malah ia berteriak dalam bahasa Sangir bahwa Jepang tidak akan dapat membunuhnya. Sambil berteriak demikian ia melepaskan diri dan lari," kisah Carlos Makagansa. Komandan Kempetai mengancam akan membunuh semua keluarga sang raja. "Bole lari dan hidup, tapi semua keluarga, ibu dan adikmu akan dibunuh," seru komandan. Kontan Raja Engelhard yang baru lari sekitar 50 meter dari lobang galian berhenti. Sang raja ingat ibu dan 3 adiknya, dua gadis dan satu laki-laki, si bungsu teman kelas Carlos.
Disinilah Kopral Wangkai (mantan tentara KNIL), menurut Carlos, berperan ikut mengambil bagian. Raja berseru-seru mengatakan ia tidak akan dapat dibunuh oleh Jepang lalu meminta tolong papok (sebutan bagi tentara KNIL).Kopral Wangkai adallah tahanan Jepang, pernah dieksekusi, tapi samurai, bayonet dan tembakan peluru tidak membunuhnya. Jepang lalu membantai seluruh koluarganya kalau tidak memberitahu kelemahan dari ilmu kebalnya. Ternyata sang papok tidak mempunya istri dan keluarga, sehingga nyawanya selamat. Sejak itu ia dipercaya Jepang, bebas berkeliaran di Tahuna, bahkan semua kebutuhan hidupnya diberi Jepang dengan cuma-cuma."
Ketika diminta oleh Raja Engelhard untuk menembaknya sampai mati, Kopral Wangkai menolak.
Namun.raja kebal itu kembali memohon. "Oom, bunuh saya. Tolong tembak agar saya mati. Saya tidak akan mati kalau Jepang yang melakukannya.
Kalau saya hidup ibu dan saudara saya akan mati. Lebih baik saya yang mati," tutur Carlos menirukan bicara rajanya dalam bahasa Sangir. Setelah diminta berkali-kaalu, Kopral Wangkai menyanggupi dengan syarat dibuat perjanjian tertulis bahwa di kemudian hari dia tidak akan dituntut, karena sekedar iba hati membantu sang raja untuk keselamatan keluarganya. Maka, nyawa Raja Tahuna akhirnya melayang setelah ditembak sekali saja oleh Kopral Wangkai. Jasadnya dikubur di lobang bersama tokoh Satal lainnya.
Sumber : adrianuskojongianblogspotcom