Bencana dan Tulude
Bencana Dan Tulude
Al-kisah :
Dalam Oral Tradition Sangihe dan beberapa catatan Eropa mengemukakan bahwa Sejak masa lalu, kepl. Sangihe sering di timpa Bencana.
Diantaranya yang paling sering terjadi adalah :
1. Banjir Bandang
2. Longsor
3. Letusan Gunung Api
4. Badai
5. Tsunami ( Kisah Tampilang Bahe/hilangnya pulau Panimbulang diantara Sangihe dan Talaud).
Oleh keadaan itu maka lahirlah tradisi pengorbanan dalam agama tua (sundeng).
Pengorbanan hanya dilakukan apabila ada bencana Besar. Selebihnya, upacara Sundeng tidak lagi melakukan pengorbanan tetapi hanya melakukan ritual pemujaan saja.
Dst....
Seiring perjalanan waktu,
Kebudayaan seperti itu terus beradaptasi dan lahirlah upacara adat Tulude.
Upacara ini diawali dengan upacara adat "Menahulending Banua" (membersihkan bumi dari dosa) dilanjutkan dengan upacara adat "Tolak Bala" (menondo lapasi) atau menyerupai "Larung" di Jawa.
Diceritakan juga:
Bahwa satu-satunya penyebab terjadinya BENCANA BESAR (bukan bencana kecil) adalah "perkawinan sedarah".
Oleh fakta itu maka muncullah kesepakan bersama antara kaum adat Sangihe dan Pemerintah Belanda melahirkan Undang-Undang yang mengatur tentang hal tersebut dengan nama DELIK NEROSA.
Undang-undang seperti ini adalah yang pertama disusun dan ditetapkan dikawasan Hindia Belanda (kini Indonesia).
Sumber foto : okezone_comhttps://youtu.be/lSYSZZkeA70