Sejarah UPASE
Cikal bakal lahirnya Upase
Oleh : Alffian Walukoww
Kata "Upase" adalah kosa kata serapan bahasa Belanda dari kata Oppasser atau oppas.
Dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia diartikan sebagai penjaga atau pelayan.
Oppasser atau opas merupakan bagian dari kehidupan masa lampau di negeri Hindia Belanda.
Oppasser dapat dikatakan sebagai bagian dari pekerja domestik bagi keluarga-keluarga Belanda maupun bangsawan dan pejabat pemerintahan kolonial yang tinggal di Hindia Belanda juga ia adalah para pegawai rendahan di instansi milik pemerintah kolonial Belanda.
Selain sebagai penjaga, oppasser juga berfungsi sebagai pelayan.
Dalam Surat Kabar Sinar Hindia tahun 1920 telah menceritakan bagaimana kehidupan seorang opas.
Opas dalam tulisan tersebut adalah penjaga dan juga sekaligus pelayan
Dalam tulisan berbeda
Pada Surat kabar Sin Po, terbitan 30 Desember 1921,
Mengatakan bahwa opas adalah penjaga keamanan yang dapat melakukan tindakan kekerasan terhadap pelaku kriminal atas perintah atasannya seperti yang digambarkan dalam novel Hikayat Kadiroen
Dari latar sejarah itu maka disimpulkan bahwa aktifitas Oppas mulai diadaptasi menjadi Tarian pada kisaran tahun 1920-an.
Dalam kebudayaan Sangihe, tari Upase bukanlah tari perang melainkan Tari penjemput tamu kerajaan.
Tari ini pertama kali dikembangkan di kerajaan Tabukan, seterusnya mulai menyebar ke beberapa komunitas kerajaan lainnya di pulau Sangihe.
Kostum tari upase berbentuk dinamakan baju king king - Kong Kong.
Sedangkan atributnya terdiri dari Pedang dan Tameng.
Jumlah penari upase minimal 13 orang.
Terdiri dari 12 prajurit dan 1 pemimpin.
Tari upase dikelompokkan sebagai tari Istana.