SEJARAH KAMPUNG LENGANENG_SANGIHE

 

SELAYANG PANDANG SEJARAH  KAMPUNG  LENGANENG

Oleh ;  Alffian  W.P. Walukow, S.Pd, M.Pd


Grup  Musik  Oli  Kampung  Lenganeng
Pergelaran  Budaya  tahun 1927  di  Istana  Kerajaan  Tabukan
Kunjungan Gubernur  Jenderal Hindia  Belanda
A.C.D.C. de  Graft

Dimasa pemerintahan kolonial  Belanda,  kampung  Lenganeng  adalah  salah satu  dari  20 kampung di distrik Tabukan  Utara  dalam  wilayah  kerajaan  Tabukan yang  pada  waktu itu berstatus Lendskep Tabukan. Informasi  ini  tertulis  dalam  sebuah  buku  yang ditulis  oleh  raja  Tabukan bernama  Lepinus J. P. Macpal  terbitan  Belanda  15  September  1930.   Pada  masa  itu penduduk  Lenganeng berjumlah 776  jiwa.

Informasi – informasi  tentang kerajaan  Tabukan dan pemukiman  kampung  Lenganeng dimasa  lalu telah  dimuat  dalam  beberapa  tulisan diantaranya :

1.     Het  Journal van Padthbrugge, catatan  perjalanan  gubernur   jendral  VOC di Maluku  Robertus  Padthbrugge dalam  kunjungannya  di kepulauan Sangihe tahun 1677.

2.     Buku De  Sangi Archipel karya  E.  Steller  terbitan  tahun 1866  tentang  Bowondego.

3.     De  Zelfbesturende,......terbitan tahun 1925  tentang  Bowondego  sebagai  sebuah  bukit.

4.     Bencana  tanah  longsor yang  terjadi  di  kampung  Lenganeng pada 18  Januari 1940 yang  menelan korban  jiwa  sebanyak  8  orang,  telah  diberitakan oleh  kurang  lebih  35  surat  kabar  luar  negeri 

Dari  berbagai  catatan  tersebut,  diperoleh  informasi  bahwa benar  pemukiman  kampung  Lenganeng  sudah  ada  sejak  Lama.

Dimasa lalu, terdapat  dua jalur  pelintasan  para pejalan  kaki dari Tabukan  ke Tahuna yaitu :

1.     Tabukan -  Panenteng - Tukadehamu – Tahuna

2.     Tabukan – Puncak Bowondego - Tahuna

Dari  latar  sejarah  itu  maka Lahirlah nama  Lenganeng  untuk  pemukiman  Lenganeng  di  puncak  Bowondego.

Lenganeng memilik  pengertian  sebagai  “tempat  melintas”,  sedangkan  Bowondego  memiliki  pengertian  sebagai “dego-dego”.  Dego-dego,  dalam  kamus  Sangihe diartikan sebagai sebuah  benda berbentuk  tempat  duduk dari  bahan bambu yang  juga  berfungsi  sebagai  tempat  tidur.  Dalam  bahasa  Belanda diadaptasikan  sama  dengan  Ruizbang atau  Rosbang  atau  Bangku Sofa.

Perjalanan  sejarah  kampung  Lenganeng diperiodisasikan  sebagai  berikut :

1.     Masa  Apapuhang atau  masa  Purba.

Apapuhang   dalam  tradisi  lisan  Lenganeng adalah sekelompok  manusia kecil yang  hidup di sekitaran  air  terjun Apapuhang. Dalam  beberapa  catatan lepas Sangihe, mengungkap  bahwa Apapuhang  adalah suku mula-mula yang ada di  pulau  Sangihe  sebelum lahir  suku  Sangihe. Manusia Apapuhang  dianggap  sebagai  manusi pertama  Sangihe.  Penanggalan masa Apapuhang  tidak  diketahui waktunya.

2.     Masa  Sundeng

Masa Sundeng  adalah  sebuah  masa dimana Suku  Sangihe  sudah  mengenal sistim kepercayaan atau  agama.

Bukti  tinggalan  masa  ini  di  wilayah  kampung  Lenganeng terdapat di area  sekitar  air  terjun  Apapuhang,  kawasan Pangi,  sampai  ke suatu  tempat bernama Manemba. Ditempat-tempat  tersebut  terdapat kuburan-kuburan  tua.

Masa Sundeng  tidak  diketahui  penanggalan  tahunnya.

3.     Masa Bowondego

Penanggalan  tahun masa Bowondego  diperkirakan sejak  tahun 1700 sampai akhir  tahun 1800. Penanggalan  tahun 1700 adalah  sebuah  masa  dimana  sudah  banyak  orang  yang berjalan  kaki  melewati  area Bowondego dari   Tabukan  Utara  ke  Tahuna.

Nama  Bowondego sudah  ditulis  dalam  buku “In The  Permanent  Court of Arbitration”  terbitan  “The  Hague – National  Printing -1925 Hal. 73-74.

Dalam  terjemahan : 

Judul  paragraph : Perbatasan kerajaan  Tahuna.

Kerajaan  Tahuna  terletak di pesisir barat  pulau  Sangir  Besar. Batas  barat membentang dari Batu Bukala sampai  Tanjung Lembawua :  batas  utara membentang  dari bekas tanjung ke kawah gunung berapi  Awu: batas  selatan  tanjung terakhir  sampai  puncak  gunung  Padaweta :  batas  timur membentang dari kawah  gunung berapi Awu diatas puncak gunung  Malinsoh  dan   Bowondego sampai Gunung  Padaweta 

Dalam  Buku “Het  Journal”   yang  menceritakan  kedatangan  Gubernur  Jendral Padthbrugge  ke pulau  Sangihe  Pada Tahun 1677. Pada  buku  tersebut  menulis tentang  keadaan tanah  yang dipenuhi  tebing  terjal menuju  Tahuna. Tanah  yang  dimaksud  adalah Bowondego  dan Jalan di  Pangirolong (payung dua  keadaan kini).

 

4.     MASA  LENGANENG

Penanggalan  tahun  masa Lenganeng dimulai sejak berdirinya  kampung  Lenganeng  tahun 1906.

Masa  ini diperhitungkan sejak  ditetapkannya  Lenganeng  menjadi  sebuah  kampung  yang  berdiri  sendiri  dalam  arti  sudah  memiliki  pemerintahan  sendiri,  mulai  dari Kepala  kampung (opo lao)  sampai ke perangkat dibawahnya  seperti  Hukum  Mayor (kepala  jaga), Ukung (pembantu  hokum  mayor), Juru  Tulis  dan  Tukang Palakat.

Kampung  Lenganeng mulai dirintis atau  dipersiapkan  sebagai  kampung  mandiri sejak  tahun 1904  dimasa  Pemerintahan  Raja  Willem Alexander  Kahendake  Sarapil.  Pada  masa  itu  kerajaan  Tabukan melalui kuasa pemerintahan Tabukan  Lama (kampung  Kalurae) mengutus seorang  bernama  Suipanda  menjadi  pejabat  sementara  untuk  mempersiapkan  berdirinya  kampung  Lenganeng.

Pada  tahun 1906 berdirilah  kampung  Lenganeng dengan  Kepala  Kampung bernama Tembomitung  dengan  nama  baptis Sadrak  Bawelle. Berdasarkan catatatan dari Permenas  Bawelle,  Tembomitung meninggal pada tahun 1927  dalam usia 80 Tahun, dengan masa pemerintahan selama  22  tahun.

Pada  tahun 1928 kepala kampung diganti oleh  Totone, yang  bernama  baptis Timotius Manamuri. Timothius  Manamuri  adalah  seorang guru asal  dari  Pulau Makalehi  yang  menikah  dengan Dortji  Sondang  asal  Buas  Tahuna.

Masa  pemerintahan  Thimotius Manamuri berakhir  tahun 1954, selama 26  tahun.

Selanjutnya diganti oleh anak  menantunya bernama  Ali  Adariku selama  kurun waktu  10  tahun  sampai  tahun 1964. Ali  Adariku  adalah  tokoh  pejuang  Merah Putih  Tanjung  Panipi  Kendahe yang  melawan  penjajah  Belanda  dan Jepang.

      Tahun 1964 sampai 1965,  kepala  kampung  diganti oleh Permenas  Bawelle seorang guru  injil  tamatan Sekolah  Sending  Tahuna.

Seterusnya  jabatan  kepala  kampung  di ganti  secara  berturut-turut  dalam  masa-masa  pemerintahan  yang  singkat  yaitu :

Desius  Bawelle pertengahan  tahun 1965.

Semuel  Sabarara sejak  pertengahan  tahun 1965  sampai awal  1966.  Semuel  Sabarara adalah  salah  satu  Juru  Tulis terlama  di  kampung  Lenganeng.

Jan  Bawelle  sejak  awal  1966 sampai  akhir 1967

Daud  Sasundu  sejak  akhir  1967 sampai 1968. Daud  Sasundu  adalah  salah  seorang  pegawai  di  Rumah Sakit Liunkendage  dan sebagai Guru  Jemaat yang  berstatus  sama  dengan  pendeta.

Selama  tahun 1968  terjadi  beberapa kali  pergantian  yaitu :

Jan  Bawelle, Johar  Sahempa, Daud  Sasundu.

Tahun 1971 sampai  1972  C.P. Makahenggeng.

Sejak  tahun 1972 sampai 1995 selama kurun  waktu 23  tahun kepala  kampung  Lenganeng  adalah Norman  Ruitan.

Norman  Ruitan  adalah  seorang  Guru, Kepala  Sekolah, Tokoh  Parkindo  Sangihe, dan Pendiri  Koperasi  Turdineg  salah  satu  koperasi  terkaya  di  Indonesia di  masanya.

Norman  Ruitan  diganti  oleh Nikodemus  Takaepisang  selama  dalam periode  8 tahun sejak  1995 sampai 2003.  Pada  masa  pemerintahannya  terjadi pemekaran  kampung.  Tahun 2002 lahirlah  kampung  baru  bernama  kampung  Pusunge  yang  sebelumnya  adalah  bagian  utuh  dari  kampung Lenganeng.

Nikodemus  Takaepisang  diganti oleh  F.S. Manoppo melalui sebuah pemilihan dan menjabat dalam masa  jabatan 2002-2007 dan berlanjut  ke  2008.  Seterusnya  F.S. Manoppo  terpilih  menjadi wakil  rakyat.

F.S. Manoppo  adalah  seorang  tokoh Karangtaruna Sulawesi  Utara  dan  menjadi  salah  satu  yang  terbaik  di Indonesia.  Sejak  menjadi  anggota  Dewan  Perwakilan  Rakyat,  pemerintahan  kampung di jalankan oleh H.O. Sasundu melanjutkan  tahun sisa  periode F.S. Manoppo. 

Dalam  masa transisi  tersebut ditetapkanlah  oleh  pemerintah  daerah  sebagai  pejabat Kapitalaung Lenganeng yaitu  ibu N. Adilang, S.Pd.

Setelah itu, dilaksanakan  pemilihan  dan  terpilihlah H.O. Sasundu sejak  2018 sampai  saat  ini.

Sejak  tahun 2015  telah  dilakukan  penelusuran  kesejarahan  mengenai  kampung  Lenganeng  oleh  Sanggar  Apapuhang. Setelah  memperoleh  informasi kesejarahan  tertulis jejak  peradabannya  maka  pemerintah  kampung  Lenganeng pada  tahun 2020 melaksanakan seminar  sejarah  kampung. Pelaksanaan  seminar  dihadiri  oleh  beberapa  pemerhati  sejarah  dan  budaya  Sangihe  juga  tua-tua  kampung Lenganeng, Pusunge, Tarolang dan  Utaurano  dan  pihak  - pihak  terkait  lainnya.  Dari  hasil  seminar  tersebut disepakati  bahwa pelaksanaan  Hari  Ulang  Tahun  kampung  Lenganeng  dihitung  sejak  masa ditetapkannya kampung  Lenganeng  secara  definitif  dengan kepala  kampung  pertama  Sadrak  Bawelle  atau  Tembomitung  pada  tahun  1906.

Demikianlah  selayang  pandang  atau sejarah  singkat  kampung  Lenganeng.

Postingan populer dari blog ini

Sangihe - Siau - Taghulandang sampai tahun 1939

Mengenal Gajah Purba Sangihe, Stegodon Pintarengensis

Fam Makaminan dan Perannya di Masa Lalu