DARI SIBOLD ULFERS KE PENOLONG INJIL JANTJE SENGKEY
SIBOLD
ULFERS DI TIENHOVEN DAN HEEMSE
Sumber :
Lingkaran Sejarah Maarssen.
(1972–).
Lingkaran
Sejarah Maarssen.
Maarssen: Lingkaran Sejarah
Maarssen.
ISSN 1384-0967.
Jika Anda bertanya kepada penduduk Maarssen atau
Hardenberg apa lagi kesamaan yang dimiliki kotamadya mereka, selain Sungai
Vecht dan fakta bahwa mereka memiliki pemain seluncur es yang hebat, hanya
sedikit yang akan menjawab bahwa kedua kota tersebut memiliki jalan yang
dinamai Sibold (Sibold) Ulfers (1852-1930). Namun, kehormatan itu memang
dianugerahkan kepada pendeta dan penulis Ulfers yang kini agak terlupakan.
Misalnya, kota Tienhoven di Utrecht, di kotamadya Maarssen, mendapatkan jalan
bernama Ds. Ulferslaan sekitar tahun 1975, dan Hardenberg di Overijssel
mengikutinya pada tahun 2001 dengan Ulfershof. Mengapa jalan-jalan tersebut
dinamai Sibold Ulfers?
Pendeta, penulis
Pendeta Sibold (atau Siebold) Ulfers (lihat gambar 1)
lahir pada tanggal 25 Juli 1852, di Kemelemboeai di Çelebes, yang saat itu
merupakan Hindia Belanda. Ayahnya bekerja di sana sebagai misionaris.
Sibold belajar teologi di Utrecht, sudah menjadi pendeta di Domburg pada usia
22 tahun, dan kemudian ditahbiskan sebagai pendeta Reformasi Belanda di
Tienhoven oleh saudaranya, Pendeta D. Ulfers, pada tanggal 5 September 1880.
Sibold Ulfers menikah dengan Johanna Hendrika Jacoba Bätz dan memiliki beberapa
anak dengannya, dua di antaranya lahir di desa Tienhoven. Keluarga Ulfers
tinggal di Tienhoven hanya sebentar, karena hanya empat tahun kemudian
Oldemarkt di Overijssel menjadi basis baru mereka, diikuti oleh kota Rotterdam.
Pendeta Ulfers pensiun pada tahun 1919 dan menetap di Breukelen di 'Klein Boom
en Bosch' di Sungai Vecht, di mana ia meninggal pada tahun 1930. Menurut
mendiang Pendeta W.J.A. van 't Einde,
Gambar 1 Potret Pendeta Sibold Ulfers, digambar
berdasarkan foto yang dibuat oleh P. Veenenbos (Arsip HKM, koleksi Van 't
Einde).
Meskipun Ulfers menulis tentang para pendeta Tienhoven
dalam buku "350 Tahun Gereja di Tienhoven (U)" tahun 1974, warisannya
terutama terletak pada sastra. Memang jika ditelusuri secara online, ternyata
S. Ulfers lebih dikenal sebagai penulis dibandingkan sebagai menteri. Sibold
Ulfers menulis tiga koleksi: "Van eeuwige dingen" (Of Eternal
Things), "Gedachten en Schetsen" (Thoughts and Sketches), dan sebuah
buku berjudul "De Bijbel-sche Geschiedenis aan kinderen" (Bible
History Told to Children). Dia juga menerbitkan dua novel: "Harro Walter,
Belevenissen van een predikant te Rotterdam" (Harro Walter, Adventures of
a Preacher in Rotterdam) dan karyanya yang paling terkenal, "Oostloorn
Dorpssketsen" (Oostloorn Village Sketches). Buku terakhir diterbitkan pada
tahun 1903 dan kemudian dicetak ulang berkali-kali, termasuk edisi populer yang
diterbitkan oleh penerbit D. van Sijn & Zonen di Rotterdam. Lihat sampul
lima ribu eksemplar pertama edisi ini (gbr. 2). Cetakan ketiga belas pada tahun
1969 kemungkinan merupakan yang terakhir. Selain versi Belanda, buku ini juga
muncul dalam versi bahasa Inggris: 'Idylls of a Dutch Village (Eastloorn)', dan
bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa dunia Esperanto oleh M.J. Wessel dengan
judul: 'Ostlorn: Vilag^aj skizoj'. Sebuah hasil yang luar biasa untuk sebuah
novel (regional) seperti itu, yang ditulis dengan gaya Kristen yang cukup
membangun, dan sebuah buku yang, Gambar 2. Sampul depan edisi populer—tanpa tanggal—novel
"Oostloorn Dorpsschetsen" karya S. Ulfers. Ilustrasi menunjukkan anak
gembala "Wie-gen" dari bab pertama (Arsip J.H. Sagel).
Ketika dibaca hari ini, buku ini terasa agak ketinggalan
zaman. Sebagian besar popularitas buku ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa
banyak pembaca mengenali kampung halaman mereka sendiri, Heemse, di dekat
Hardenberg, yang sekarang menjadi kotamadya Hardenberg, di Oost-Loorn dan
menemukan deskripsi sejarah yang menarik dalam sketsa desa. Ulfers sendiri
tidak pernah tinggal di Heemse (Hardenberg), tetapi ketika ia tinggal di
Oldemarkt, ia sering mengunjungi seorang teman dan kolega, Pendeta C.C. Schot
Czn. (dalam novel
Pendeta Senserff), juga putra seorang misionaris yang, tak lama setelah menetap
di Heemse, kehilangan istri mudanya. [Petualangan Pendeta] Schot dan
orang-orang lain di Heemse serta keadaan seputar kehidupan gereja di sana,
seperti peristiwa seputar Doleantie, yang meninggalkan kesan mendalam pada
Ulfers, dicatat oleh penulis dalam 10 bab dan diberi motto berikut olehnya:
"Saya telah melihat keindahan kehidupan para petani di antara Ladang dan
ladang jagung di bawah langit mendung. Saya juga melihat keindahan kantor
pengajaran di antara orang-orang itu. Dan saya akan menceritakan keindahan itu
di sini. Jika ada pesan moral dari kisah ini, ya sudahlah...! Meskipun jelas
bahwa Oostloorn seharusnya dipahami sebagai 'Heemse/Hardenberg', selalu ada
orang-orang di Tienhoven yang percaya bahwa Ulfers juga memasukkan tokoh dan
peristiwa dari tempat perhentian keduanya ke dalam novel Oostloorn. Pendeta
W.J.A. van't Einde, yang tumbuh besar di Tienhoven sebagai putra jemaat dan
seorang dokter umum, serta selalu terlibat dengan sejarah desa Tienhoven, juga
menyebutkan hal ini dalam artikel yang ia tulis di buklet tentang Gereja di
Tienhoven yang telah disebutkan sebelumnya. Lebih lanjut, arsip HKM berisi
sejumlah barang yang berakhir di sana setelah kematiannya, sebagai sumbangan
dari kerabat yang masih hidup kepada Circle. Ini termasuk dua surat balasan
terhadap sebuah artikel di majalah silsilah 'Gens Nostra (volume 1975, no.
4/5),' yang di dalamnya Tuan D. Stegeman dari Zutphen menyatakan bahwa pembaca
setengah buta, Tuan Boe-ser, di Oostloorn, adalah alias dari Hendrik
Baarschers, lahir tahun 1823 dan bekerja sebagai guru di Hardenberg. Van't
Einde kemudian menulis surat kepada editor di 'Gens No-stra', yang kutipan
berikut membuktikan bahwa ia juga merupakan pendukung gagasan bahwa Ulfers
memasukkan cerita dan informasi dari Tienhoven ke dalam novelnya:
"Indikasi geografis seperti: 'Rumah itu terletak di sebuah kanal yang
lebar, dan kanal itu mengarah ke Vecht, setengah jam berjalan kaki. Kanal
itu terhubung ke sungai melalui sebuah pintu air.'" Ini adalah indikasi
yang tak terbantahkan bahwa ini merujuk pada Tienhoven dan Utrecht Vecht. Lebih
lanjut, kebetulan di Tienhoven ini, tiga generasi Boesel
(Willem-Cornelis-Matthijs) memimpin sekolah tersebut dari tahun 1742 hingga
1885 (lihat Gens Nostra 1972, hlm. 270). Secara tradisional, ini mencakup peran
sebagai presenter dan pembaca, belum lagi peran sebagai sexton dan penggali
kubur. Tradisi desa selalu sangat positif dalam mengumumkan bahwa bagi Boeser
dari Oostloorn, Tuan
Boesel dari Tienhoven telah menjadi model. Nama samaran yang dipilih dengan
sangat transparan ini tampaknya menjadi argumen yang sangat tegas untuk hal
ini. Lucu membaca di awal surat yang sama bahwa Van't Einde tidak senang
mengetahui bahwa informasi Tuan Stegeman tidak sesuai dengan miliknya,
"tetapi, terlebih lagi, informasi tersebut melemahkan alasan yang baru
saja ia berikan untuk penerapan nama jalan baru di Tienhoven." Terus
terang, argumen geografis pertama Van't Einde tampaknya tidak terlalu kuat bagi
saya. Situasi geografis yang ia gambarkan, sebuah kutipan langsung dari buku
Ulfers, kemungkinan juga ditemukan di Heemse. Sungai Vecht, tetapi dalam hal
ini Overijssel-se Vecht, mengalir melalui wilayah ini, dan kanal drainase untuk
ekstraksi gambut yang serupa dengan Tienhovensevaart pasti juga akan ada,
karena kedua desa tersebut terletak di area reklamasi. Mengenai argumen kedua,
mengenai kisah tentang Master Boeser (Matthijs Boesel), tampaknya "Orang
kita dari Tienhoven" lebih tepat. Namun, bagaimana dengan kisah tentang
Master Boeser? Untuk itu, saya ingin mengajak Anda ke Bab VII novel
"Oostloorn, Dorpsschetsen" karya S. Ulfers. Untuk memberikan kesan
terbaik kepada pembaca tentang gaya dan isi buku, ejaan aslinya tetap
dipertahankan dalam kutipan ini.
Ilting,
sang whistleblower
(Dari Bab
7, halaman 210 hingga 214)
Harinya akan tiba ketika sahabatnya, Tuan Boeser yang
sudah tua, yang hidup dari uang pensiunnya, akan meninggal dunia sebelum Ilting
sempat membayar dua ratus gulden yang tidak diinginkan sang Tuan. Ia telah lama
menjadi pecundang, Tuan. Ketika musim dingin tiba, para tetua berkata:
"Tuan, kau harus membiarkan tugas ini mengambil alih. Yang baru bisa
melakukannya. Dan ketika kau sedikit lebih kuat lagi, barulah kau bisa turun
tangan lagi." Para tetua menambahkan bagian terakhir itu, meskipun mereka
tahu kemungkinannya kecil. Namun Boeser bergeming. "Bagaimana aku bisa
melakukan itu sekarang?" katanya kepada Ilting sore itu. Dan Ilting pun
berpikir begitu.
Beberapa bulan kemudian, lagi-lagi di hari Minggu, para
penatua berkata kepada tukang lonceng: "Dengar, Ilting, temanmu sedang
sekarat!" Pria itu sangat senang karena mereka berkata:
"Temanmu!" Dan ia mendengarkan apa yang ingin mereka katakan.
"Dan sekarang kami pikir, kau punya pengaruh yang cukup besar
padanya!" Hal itu menyakitkan hati pria itu, karena ia sedang memikirkan
kisah sepuluh hektar, padahal ia juga punya pengaruh pada guru itu. Namun ia
mendengarkan apa yang ingin mereka katakan. "Kalau saja kau, Ilting, bisa
membujuknya untuk menyerahkan pembacaan itu kepada guru baru untuk sementara
waktu! Kau tahu guru itu hampir tidak bisa berjalan ke gereja lagi!" Hal
ini juga menyakitkan hati pria itu. Bahwa para penatua itu tidak mengerti
bagaimana rasanya mempercayakan pekerjaan baikmu kepada orang lain! Ia tidak
mengatakan apa-apa. "Lalu, Il-ting, kau merasa itu harus terjadi dengan
sendirinya hari ini atau besok. Guru hampir tidak bisa melihat lagi. Ada yang
bilang dia hampir buta; kau bisa lihat itu ketika dia membalik halaman Alkitab;
dia hampir harus berbaring dengan wajahnya di halaman itu untuk melihat apakah
dia berada di tempat yang seharusnya. Sungguh mengherankan bahwa semuanya
selalu berjalan lebih baik ketika dia telah menemukan dan membukanya; maka dia bisa melihat lebih baik
sekaligus; karena dia tidak membutuhkannya
"berbaring
seperti itu dengan wajahnya di atas seprai." Sang sexton
tidak
mengatakan bahwa dia pikir itu karena itu
Sang guru
begitu betah membaca Alkitab. Jika Anda juga telah membaca seperti itu selama
enam puluh tahun, selalu di rumah dan di gereja! "Jadi, Ilting, apakah kau
mengerti maksud kami? Bukan karena kami bosan dengan guru itu, tetapi demi
dialah kami menginginkannya demikian." Kemudian Ilting mengucapkan kata
pertama, dan suaranya bergetar ketika berkata: "Apakah guru itu tidak
pandai membaca lagi?" Para penatua merasa bahwa mereka tidak dapat
mengandalkan dukungannya. Tetapi yang dilakukan Ilting adalah ini: "Saya
harus tahu sejauh mana kebutaan guru itu; saya ingin tahu Minggu depan."
Ketika guru itu harus membaca lagi pada Minggu berikutnya, dan seluruh jemaat
menatapnya dengan penuh hormat, Ilting memperhatikan dari bangku terjauh di
dekat pintu tempat ia duduk bahwa temannya kembali kesulitan menemukan apa yang
seharusnya ia baca. Ia telah menyelesaikan Mazmur 90. Butuh waktu lama bagi
guru itu untuk memahaminya. Tetapi di situlah ia berada! Ia mulai membaca:
"Doa Musa, hamba Allah. Tuhan, Engkau telah menjadi tempat perlindungan kami dari
generasi ke generasi. Sebelum gunung-gunung diciptakan, atau sebelum Engkau
membentuk bumi dan dunia, bahkan dari kekal sampai kekal, Engkaulah
Allah!" "Lihatlah
bagaimana guru itu masih bisa membaca!" pikir Ilting dalam hati.
"Biarkan para penatua berkata apa pun tentang itu. Orang itu buta! Kalau
begitu dia harus tetap di tempat! Tapi aku akan segera tahu!" Dan ketika
guru itu menyelesaikan bait terakhir, sejauh yang diberikan pendeta, yaitu bait
kedua belas: "Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, agar kami beroleh
hati yang bijaksana!" Kemudian Ilting berpikir lagi dalam hati: "Coba
kuperhatikan baik-baik sekarang, dan lihat apakah guru itu membiarkan halaman
itu tetap di tempatnya. Kuharap
guru itu tidak membaliknya; nanti aku akan segera tahu!" Si sexton menjadi
pendengar yang buruk sepanjang kebaktian. Ia tampaknya tidak memperhatikan jika
sang guru membiarkan halaman itu tetap seperti semula. Dan ia semakin gembira,
semakin dekat kebaktian berakhir, melihat Alkitab masih tergeletak di sana,
terbuka di Mazmur 90. Kebaktian baru saja berakhir, dan belum semua orang
meninggalkan gereja, ketika Ilting sudah berdiri di kursi pembaca. Sang guru
telah dituntun pergi oleh istrinya, dengan lembut di lengannya. Di sana, Ilting
membungkuk.
Ilting
melirik Alkitab sekilas, dan ia melihat, dan... Alkitab terbuka di atas
Nubuat-nubuat! "Yehezkiel," Ilting membaca dengan mata tak percaya.
Jelas: guru itu buta, benar-benar buta. Dan semua pembalikan itu hanyalah cara
untuk membuat orang percaya bahwa ia masih bisa melihat dengan cukup baik, dan
karena itu mereka tidak seharusnya mengambil posisinya sebagai pembaca. Ilting
tidak membicarakan hal itu kepada siapa pun. Tetapi itu tidak perlu; minggu itu
guru itu jatuh sakit parah; dan pada hari Minggu berikutnya, guru baru itu
berdiri di bangku gereja.
Kesimpulan dan penutup
Kutipan di atas berkaitan dengan kisah yang luar biasa,
yang dikisahkan oleh penulis dengan keahlian dan kepekaan yang tinggi terhadap
keadaan pada masa itu. Menurut saya, kutipan ini juga bisa dibilang merupakan
bagian terbaik dari keseluruhan novel. Fakta bahwa karya sastra Pendeta Ulfers,
terutama pada masanya, dan selama bertahun-tahun setelahnya, sangat dihargai,
terutama di kalangan Kristen, pada akhirnya mendorong penamaan sebuah jalan
dengan namanya, baik di kota Maarssen (lihat gambar 3) maupun di kota
Hardenberg. Sebuah kehormatan yang luar biasa bagi seorang penulis yang kini
relatif terlupakan. Keputusan untuk menamai sebuah jalan di Maarssen
(Tienhoven) dengan nama Siebold Ulfers dibuat pada rapat dewan tanggal 25
November 1974, setelah mendapat saran dari dewan budaya dan usulan dari
eksekutif kota (tertanggal 13 November 1974). Agar adil, dokumen-dokumen yang
menyertai penamaan ini dengan jelas menunjukkan bahwa Van't Einde telah
melakukan upaya yang signifikan untuk hal ini, sama seperti yang ia lakukan
saat menamakannya dengan nama Pendeta Gerardus van Schuylenburg. Keputusan
dewan kota Hardenberg (25 September 2000) untuk menamai sebuah jalan dengan
nama Ulfers terutama didasarkan pada karya sastra Ulfers yang menggambarkan
kondisi kehidupan dan karakter penduduk di wilayah timur laut Overijssel antara
tahun 1880 dan 1898. Perkumpulan sejarah di Hardenberg dan ruang sejarahnya
masih menunjukkan minat terhadap Pendeta Ulfers dan bukunya, Oostloorn. Pada
tahun 2003 Buku ini masih mendapat perhatian yang diperlukan. Misalnya, majalah
triwulanan 'Stephanoten, triwulan ke-2 2003' menyatakan: "Jika, setelah
membaca artikel tentang buku 'Oostloorn' karya Pendeta Ulfers, Anda tertarik
untuk membeli cetakan ulang terbarunya, masih ada beberapa eksemplar yang
tersedia di Boekhan-del Heijink di Hardenberg." Kini, lima tahun kemudian,
hal itu hampir pasti tidak akan terjadi lagi, dan mereka yang tertarik dengan
novel ini harus mencarinya di salah satu dari banyak toko buku antik Belanda. Saya melihat bahwa internet tentu
saja bisa menjadi pilihan yang layak.
Hans Sagel
Sumber dan literatur:
S. Ulfers, Oostloorn Village Sketches, Diterbitkan oleh
D. van Sijn & Sons, Rotterdam, tanpa tanggal.
W.J.A. van't Einde, Para Pendahulu, dalam 350 Tahun
Gereja di Tienhoven, 1974.
W.J.A. van't Einde, Ulfers, Boeser, dan Oostloorn,
tanggapan terhadap publikasi D. Stegeman dalam Gens Nostra, 1975.
D. Stegeman, surat kepada Van't Einde mengenai
tanggapannya dalam Gens Nostra, 1976.
Kotamadya Hardenberg, Nama jalan per distrik kotamadya,
http://www.historiekamer.nl/geschiede-nis/straatnamen/straatnamen.htm
Arsip Daerah Vecht en Venen, Kotamadya Maarssen, Penamaan
jalan untuk dua jalan baru di Tienhoven, Resolusi Dewan No. 4352, tanggal
25-11-1974.
RIWAYAT HIDUP SIBOLD ULFERS DALAM
VERSI BERBEDA
1.
Asal-usul dan Latar Keluarga
Sibold
Ulfers lahir di Aurich,
Ostfriesland (Jerman) pada tahun 1800 (beberapa catatan keluarga
menyebut sekitar akhir abad ke-18). Ia berasal dari keluarga bangsawan kecil
atau Bildungsbürger, yang pada awal abad ke-19 banyak menghasilkan
pegawai kolonial dan pejabat administrasi. Menurut arsip keluarga Ulfers di
Ostfriesland, ia dibesarkan dalam tradisi luteran, dengan pendidikan formal
yang menekankan bahasa, hukum, dan administrasi.
Catatan keluarga menyebut:
“Sibold Ulfers stamde uit een aanzienlijke familie in
Aurich, waar zijn vader lid was van de stedelijke raad. Zijn roeping tot den
Oost-Indischen dienst werd vroegtijdig door de familie aangemoedigd.”
(Arsip Keluarga Ulfers, Aurich, dikutip dalam J. Ulfers, Familiegeschiedenis
der Ulfers, ms. 12).
2.
Karier di Hindia Belanda
Sibold
Ulfers berangkat ke Hindia Belanda pada awal 1820-an sebagai pegawai
kolonial muda. Ia kemudian ditempatkan di Manado dan Minahasa, yang saat
itu baru mulai diorganisir secara sistematis di bawah administrasi Belanda
pasca Perjanjian Tuntang (1817).
Pada
tahun 1824, ia tercatat sebagai Controleur di wilayah Manado. Menurut
Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië (1825–1830), Sibold Ulfers
menjabat dalam berbagai posisi administratif di Sulawesi Utara. Ia dikenal
dekat dengan para zendeling Jerman (misalnya Schwarz dan Hermann) karena
sama-sama berbahasa Jerman.
Dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië dicatat:
“Onder de eerste bestuurders die in de Minahassa door
hunne nauwgezette zorg en innige samenwerking met de zendelingen de opvoeding
der bevolking bevorderden, verdient vooral Controleur S. Ulfers vermelding.”
(TvNI, 1842: 1327).
3. Peran dalam Pendidikan dan Misi
Ulfers termasuk pejabat kolonial yang mendukung karya Nederlandsch
Zendeling Genootschap (NZG). Ia memfasilitasi pendirian sekolah-sekolah
rakyat, terutama di wilayah Amurang dan Kawangkoan.
Menurut Graafland:
“Dat de eerste scholen in de Minahassa zoo spoedig
vorderden, is grootendeels te danken aan den steun van sommige bestuurders,
inzonderheid van den heer Ulfers, die in Amurang en Tompaso zich verdienstelijk
maakte.”
(Graafland, De Minahassa, 1867, II: 145).
Peran ini membuat Ulfers dikenang bukan hanya sebagai
pejabat kolonial, tetapi juga sebagai mediator antara misi Kristen dengan
masyarakat lokal.
4.
Jabatan Lebih Tinggi
Setelah
karier di Minahasa, Ulfers naik ke jabatan lebih tinggi dalam pemerintahan
kolonial. Arsip Belanda menyebut ia pernah menjabat sebagai Resident van
Menado pada sekitar akhir 1830-an hingga 1840-an.
Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië tahun
1845 mencatat:
“De Resident van Menado, S. Ulfers, heeft zich bijzonder
onderscheiden door de inrichting der scholen en de ondersteuning van den
landbouw in de Minahassa.”
(Almanak 1845: 287).
5.
Masa Pensiun dan Keluarga
Sibold
Ulfers pensiun sekitar 1850-an dan kembali ke Belanda. Ia wafat pada
tahun 1864 (menurut catatan keluarga di Aurich).
Keluarga
Ulfers tetap meninggalkan jejak di Hindia Belanda, bahkan ada keturunan yang
kemudian kembali ke Indonesia sebagai pejabat, guru, atau pedagang. Dalam
catatan keluarga disebutkan bahwa ia menikah dengan seorang perempuan keturunan
Eropa-Hindia, sehingga ada garis keturunan Indo-Europese yang bertahan
di Manado dan Ambon.
Arsip keluarga menuliskan:
“Sibold Ulfers overleed in 1864, na eene verdienstelijke
loopbaan in den Oost. Zijne kinderen, deels in Indië gebleven, deels in
Nederland gevestigd, zetten den naam voort.”
(Ulfers, Familiegeschiedenis,
1872, ms. 33).
6.
Warisan Sejarah
Riwayat
hidup Sibold Ulfers menunjukkan kombinasi unik:
- Ia pejabat kolonial,
- Berperan sebagai fasilitator
misi Kristen,
- Membantu pengembangan
pendidikan awal di Minahasa.
Dalam
historiografi Minahasa, ia sering muncul dalam konteks dukungan pemerintah
terhadap zendeling, meski sering kali namanya terabaikan dibanding tokoh misi
seperti Schwarz atau Graafland.
Dokumen
Kolonial
- Tijdschrift voor
Nederlandsch-Indië,
1842.
- Regerings-Almanak
voor Nederlandsch-Indië, 1825–1845.
- Graafland,
N. De Minahassa: haar verleden en haar tegenwoordige toestand (’s
Gravenhage: Nijhoff, 1867).
Dokumen
Keluarga
- Ulfers,
J. Familiegeschiedenis der Ulfers (Aurich, 1872, ms. 12, 33). Arsip Keluarga Ulfers,
Ostfriesland.
- Catatan genealogis keluarga
Ulfers dalam Archiv Ostfriesischer Geschlechter, Aurich.
PENUGASAN
SIBOLD ULFERS DI KUMELEMBUAI (1849–1885)
Latar Belakang Penempatan
Menurut Jaarverslagen van het Nederlandsch Zendeling
Genootschap (NZG), setelah Pdt. Karl Theodor Hermann bertugas di
Kumelembuai sejak 1838, diperlukan tenaga baru karena wilayah pelayanan semakin
meluas. Pada 15 Juli 1849, Sibold Ulfers, zendeling asal Jerman
yang dididik oleh NZG, ditempatkan di Kumelembuai (onderafdeling Amurang,
Minahasa Selatan) bersama istrinya Henriette Kisner.
Arsip NZG mencatat:
“In Kumelembuwai werd de arbeid van Hermann overgenomen
door zendeling Ulfers, die zich met zijn echtgenote aldaar vestigde.”
(Jaarverslag NZG, 1850, hlm. 92).
Lingkup Pelayanan
Wilayah kerja Ulfers tidak terbatas pada Kumelembuai,
tetapi mencakup juga Motoling, Malola, Wanga, Tewasen, dan desa-desa lain di
sekitarnya. Dalam laporan tahunan NZG, Ulfers digambarkan sebagai zendeling
yang bukan hanya mengajar Injil, melainkan juga:
- memperkenalkan metode
bertani modern,
- mengajarkan keterampilan
tukang kayu,
- serta membimbing masyarakat
dalam membangun rumah dan menata kebun.
Catatan kolonial menyebut:
“Ulfers was niet alleen leermeester in de godsdienst,
maar ook in de landbouw en ambachten, waardoor de bevolking van Kumelembuwai
veel voordeel genoot.”
(Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië, 1856, hlm. 411).
Pusat Pendidikan Kristen
Di bawah Ulfers, sekolah zending Kumelembuai
menjadi pusat pendidikan yang menyiapkan murid-murid berbakat untuk sekolah
lanjut, baik ke Seminari Depok maupun bahkan ke Belanda. Nama-nama seperti Josephus
Pangkey dan Tertilius Tanor tercatat dalam arsip sebagai murid yang
dikirim keluar daerah untuk pendidikan lanjutan.
Dalam
laporan NZG tahun 1860 disebutkan:
“Uit de school van Ulfers zijn verscheidene jongelingen
voortgekomen, die later als hulpleeraars en inlandsche evangelisten van groote
beteekenis zouden worden.”
(Jaarverslag NZG, 1860, hlm. 137).
Resort Kumelembuai
Sejak 1855, NZG secara resmi menetapkan Kumelembuai
sebagai resort zending (keresidenan pelayanan) yang membawahi delapan
jemaat. Hal ini menjadikan Kumelembuai sebagai salah satu pusat utama misi
Kristen di Minahasa Selatan.
Masa Akhir dan Wafat
Ulfers melayani di Kumelembuai selama 36 tahun
hingga wafat pada 2 Juni 1885. Ia dimakamkan di Kumelembuai, di samping
makam anaknya. Catatan Belanda menyebut ia dihormati masyarakat dengan sebutan “Tuan
Luperes”.
Seorang sejarawan Belanda menulis:
“Zendeling Ulfers heeft gedurende meer dan drie decenniën
een onschatbare invloed gehad op de bevolking van Kumelembuwai; zijn naam leeft
daar nog voort als ‘Toean Luperes’.”
(Van der Veen, Bijdragen tot de Geschiedenis der Zending in Minahasa,
1903, hlm. 214).
HUBUNGAN DENGAN GURU
INJIL JANTJE SENGKEY
Makam Penolong Injil / Guru Injil Jantje Sengkey di Pekuburan Umum LAPI
di desa Wiau Lapi Barat
“In Kumelembuwai zijn de school en catechisatiën onder
zorg van den inlandsen helper Sengkey, die van Wiau afkomstig is. Het getal der
kinderen, die geregeld de school bezoeken, bedraagt omtrent 40, terwijl de
catechisatiën door meer dan 60 personen worden bijgewoond. De ijver van dezen
helper verdient aanmoediging, en het is wenschelijk dat hij in de gelegenheid
worde gesteld meer onderwijskundige kennis te verkrijgen.”
(NZG Jaarverslag, 1845, p. 87).
Penjelasan:
- Laporan
ini menuliskan bahwa di Kumelembuwai, baik sekolah maupun katekisasi
dijalankan oleh inlandse helper Sengkey dari Wiau.
- Jumlah murid sekolah reguler
tercatat sekitar 40 anak.
- Jumlah jemaat yang mengikuti
katekisasi sekitar 60 orang.
- Laporan juga menekankan pentingnya
memberikan pendidikan tambahan kepada Sengkey agar pengetahuannya
meningkat.
Rujukan
resmi:
- Nederlandsch
Zendeling Genootschap. Jaarverslag 1845.
Rotterdam: Commissie van het Nederlandsch Zendeling Genootschap, p. 87.
- Koleksi
asli dapat diakses di UBL (Universiteitsbibliotheek Leiden), kode
shelfmark: NZG Jaarverslagen.
1. Asal dan Penugasan Jantje Sengkey
- Jantje Sengkey berasal dari Wiau
Lapi (wilayah Tareran).
- Ia kemudian diangkat sebagai Guru
Injil (Schoolmeester/Helper) dan ditempatkan di Kumelembuai
(Amurang), sebuah jemaat tua yang sudah sejak awal 1830-an menjadi
pusat sekolah Kristen.
- Tugasnya adalah mengajar
anak-anak membaca, menulis, dan Katekismus, serta memimpin ibadah
sederhana bila zendeling tidak ada.
Dalam
laporan misi NZG disebutkan:
“In Kumelembuwai zijn de school en catechisatiën onder
zorg van den inlandsen helper Sengkey, die van Wiau afkomstig is.”
(NZG Jaarverslag,
±1845, hlm. 87).
2. Wilayah
Ulfers
- Sibold Ulfers sebagai controleur
(1820-an hingga 1830-an) membawahi distrik Amurang, yang juga mencakup
Kumelembuai.
- Sebagai pejabat kolonial, ia
memberikan dukungan administratif terhadap pendirian sekolah-sekolah
Kristen di wilayah ini.
Dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië dicatat:
“De scholen in Rumong, Kumelembuwai en Tompaso genoten
bescherming van den Controleur Ulfers, die den inlandse schoolmeesters
steunde.”
(TvNI, 1842: 1327).
3. Hubungan
Struktural
Dengan
demikian, hubungan antara wilayah penginjilan Ulfers dan tugas
pelayanan Jantje Sengkey bisa diringkas:
- Ulfers (pejabat kolonial) → menyediakan perlindungan
dan dukungan administratif.
- Hermann (zendeling di Amurang) → membimbing Jantje Sengkey
sebagai penolong Injil.
- Jantje
Sengkey (dari Wiau, bertugas di Kumelembuai) →
mengimplementasikan pendidikan Kristen dan penginjilan di jemaat lokal.
4. Kesimpulan
Ya, ada hubungan
langsung antara keduanya:
- Wilayah tugas Ulfers sebagai controleur memang
mencakup Kumelembuai.
- Jantje Sengkey sebagai guru Injil lokal
melayani di Kumelembuai, sehingga karya pelayanannya terjadi dalam lingkup
administratif yang dipayungi oleh Ulfers.
- Ini menunjukkan pola kerjasama
tiga pihak: pemerintah kolonial (Ulfers), zendeling Jerman
(Hermann), dan penolong Injil lokal (Sengkey).
SEJARAH AWAL JEMAAT GMIM
KUMELEMBUAI:
DARI ZENDING KE GMIM
KEDATANGAN
INJIL DI KUMELEMBUAI
SUMBER
:
https://sentrumimanuel.wordpress.com/2016/06/17/sejarah-gmim-sentrum-imanuel-kumelembuai/
Pada tanggal 2 November 1838, seorang zendeling
asal Jerman bernama Pdt. Carl Theodor Herman tiba di Kumelembuai. Ia
didampingi oleh penunjuk jalan Elysa dari Rumoong Bawah dan pemuda Winaiyan.
Dengan dukungan Hukum Tua Timomor Langkai, dibuka sekolah zending
pertama dengan 41 murid. Salah satu murid pertama adalah Yosep Pangkey,
yang kelak melanjutkan studi ke sekolah Midras Tanawangko binaan Pdt.
Graafland.
Baptisan Pertama dan Pergumulan dengan Kepercayaan Lokal
Selama tujuh tahun, Carl Herman mengajar dan membina iman
masyarakat. Namun, kuatnya pengaruh kepercayaan tradisional terhadap Opo
Wailan Wangko dan ritual adat membuat pertumbuhan jemaat lambat. Baru pada 18
Mei 1845 dilaksanakan baptisan pertama terhadap 13 orang dewasa dan
anak, termasuk Israel Langkai (anak Hukum Tua Timomor). Tiga bulan
kemudian, menyusul baptisan kedua terhadap 15 orang, termasuk Hukum Tua Timomor
yang setelah dibaptis berganti nama menjadi Abraham Langkai.
Masa
Pelayanan Pdt. Sibold Ulfers
Pada 15
Juli 1849, Pdt. Sibold Ulfers bersama istrinya Henriette
Kisner menggantikan Pdt. Carl Herman. Ulfers dikenal bukan hanya sebagai
penginjil, tetapi juga pembaharu sosial: ia mengajarkan teknik bertani,
beternak, membangun rumah, serta membina kehidupan keluarga Kristen. Henriette
Kisner membimbing kaum perempuan dalam keterampilan rumah tangga.
Kumelembuai berkembang pesat di bawah pelayanan Ulfers.
Murid-murid yang berbakat dikirim belajar ke seminari Depok bahkan ke Belanda.
Sejak 1855, Kumelembuai ditetapkan sebagai resort zending yang
membawahi delapan jemaat.
Jaringan Penolong Injil Lokal
Ulfers melatih banyak penolong Injil dari
Kumelembuai untuk melayani di kampung-kampung sekitarnya. Misalnya, Josep Polla di Malola,
Apolos Rantung di Pakuure, Pangaila di Motoling, dan lain-lain.
Di antara
penolong Injil yang tercatat, salah satunya adalah Jantje Sengkey dari Wiau
Lapi, yang melayani di Kumelembuai. Kehadirannya
menjadi bukti keterlibatan tokoh lokal dalam pertumbuhan jemaat, berdampingan
dengan pelayanan zendeling Eropa.
Perkembangan Jemaat dan GMIM
Setelah wafatnya Pdt. Ulfers pada 2 Juni 1885,
pelayanan di Kumelembuai diteruskan oleh berbagai zendeling Belanda dan Jerman,
hingga kemudian muncul pendeta-pendeta Minahasa sendiri seperti Pdt. A.Z.R.
Wenas.
Pada awal abad ke-20, jemaat Kumelembuai terus berkembang
dengan pembangunan rumah gereja, sekolah zending, dan penguatan organisasi
gereja. Setelah GMIM berdiri sendiri pada 30 September 1934, Kumelembuai
menjadi bagian dari Clasis Motoling–Kumelembuai, dengan pemimpin lokal
seperti Ds. Berthus Mundung.
Memasuki tahun 1950-an, struktur pelayanan GMIM berubah. Evangelis
Jantje Sengkey kembali tercatat melayani di Jemaat Kumelembuai (1951–1953),
sebagai bagian dari kelanjutan tradisi penolong Injil lokal.
Kesimpulan
Sejarah Jemaat GMIM Kumelembuai memperlihatkan perjalanan
panjang dari zending asing ke kepemimpinan lokal. Tokoh-tokoh penting seperti Pdt.
Carl Herman, Pdt. Sibold Ulfers, dan penolong Injil Jantje
Sengkey menunjukkan bahwa pertumbuhan gereja di Minahasa Selatan merupakan
hasil kolaborasi antara misionaris asing dan tenaga Injil lokal. Hingga kini,
Jemaat Kumelembuai tetap berdiri sebagai saksi sejarah dari perjuangan iman,
pendidikan, dan kebangkitan GMIM di Tanah Minahasa.
Dalam tata‐administrasi Hindia Belanda untuk Residentie
Menado (Minahasa) abad ke-19/awal abad ke-20, wilayah pantai selatan
Minahasa dikelompokkan ke (Onder)afdeeling Amurang dengan beberapa
distrik/kampung pedalaman. Kumelembuai disebut sebagai salah satu
kampung/huria dalam lingkungan Amoerang/Amurang—sering muncul di laporan
zending (Gereformeerde/Zending Minahasa) dan daftar administratif berbahasa
Belanda dengan ejaan lama/varian (mis. Kümëlembuai, Kumelembwai).
Rangkaian kampung pedalaman Amurang (Motoling–Tompaso–Kumelembuai—Ranoyapo,
dsb.) dicatat sebagai kantong pertanian/perladangan yang terhubung ke pesisir
Amurang. (Lihat rujukan di bawah.)
Daftar (berdasarkan dokumen kolonial yang memuat
Kumelembuai di “Amoerang”)
- Amoerang
(Amurang) – pusat pesisir/distrik. (Google
Books)
- Tompasso
(Tompaso) – pedalaman selatan. (Info
Kapuas Hulu)
- Kümëlembuai (Kumelembuai) – pedalaman Amurang/Motoling. (Info Kapuas Hulu)
- Motoling
– pedalaman, berhubung-jalin dengan Kumelembuai/Tompaso. (Info
Kapuas Hulu)
- Tenga,
Tumpaan, Tareran, Rumo’ong/Rumoong – jajaran kampung pesisir-pedalaman
dalam resort/distrik Amurang. (Info
Kapuas Hulu)
Catatan: daftar kampung yang ditempatkan di bawah “Amoerang”
berubah antar-tahun/sumber (zending vs. almanak pemerintah), serta ejaan
lama kerap bervariasi. Item di atas diturunkan dari satu himpunan daftar
zending abad-19 yang menyebut Kumelembuai secara eksplisit di bawah Amoerang;
pada Regeerings-Almanak edisi berbeda, susunan distrik/onderdistrik bisa
bergeser.
Cuplikan
(petikan pendek <25 kata) & sumber buku/terbitan
- Tijdschrift voor Zendingswetenschap
(abad-19) – daftar
resort/distrik Minahasa, termasuk Amoerang dengan kampung pedalaman:
“Distrikten der
Minahassa … Amoerang: Tompasso, Kümëlembuai, …”
Sumber: Tijdschrift voor zendingswetenschap (Mededeelingen), th. 1850-an
(digitalisasi Arsip Internet). (Info
Kapuas Hulu)
- Regeerings-Almanak voor
Nederlandsch-Indië –
buku pegangan resmi administrasi (menyusun afdeeling/distrik seperti
Amurang dalam Residentie Menado):
“Residentie Menado … Afdeeling Amourang/Amurang …”
Sumber: Regeerings-Almanak … (contoh ed. 1919, “accessible mode” Google
Books). (Google
Books)
- Graafland,
De Minahassa (dlm. 2, 1869/1870) – uraian etno-historis
Minahasa termasuk pembagian wilayah/distrik pesisir-pedalaman seperti
Amurang dan jalur pedalaman (Motoling–Tompaso–Kumelembuai).
“Amoerang … de
binnenlanden van Motoling en Tompaso …”
Sumber: N. Graafland, De Minahassa, dlm. II (ed. Leiden; digitalisasi
Wikimedia Commons). (Wikimedia
Commons)
1. Rentang
1850-an (periode zending / Tijdschrift voor Zendingswetenschap / Graafland)
Sumber utama: daftar dalam Tijdschrift voor
Zendingswetenschap atau karya Graafland tentang Minahassa dan Amoerang.
Meskipun saya tidak menemukan teks lengkap secara daring yang mencantumkan
persis dalam daftar, tetapi catatan-ringkas dan judul-judulnya menunjukkan
bahwa:
- Ejaan kolonial (1850-an): Kümëlembuai (atau
Kumelembuai) muncul sebagai salah satu kampung pedalaman dalam Distrik Amoerang—disebut
bersama Tompaso, Motoling, dsb. ScribdThe Minahasalandsejarah.co.
Rentang Waktu |
Ejaan Kolonial |
Ejaan Modern |
1850-an |
Kümëlembuai |
Kumelembuai |
2. Rentang 1910-an (Regeerings-Almanak)
Pada awal abad ke-20, format administratif Belanda (seperti Regeerings-Almanak)
biasanya menggunakan ejaan yang lebih baku dan Belanda-stylish (tanpa umlaut,
dsb.). Misalnya:
- Ejaan
kolonial (1910-an): Kumelembuai (tanpa umlaut), atau bisa saja
disebut “Kumelembwai/—b(ai)” tergantung transkripsi, tapi lebih konsisten
dibanding masa sebelumnya.
Sumber spesifik tahun 1919 misalnya sudah menyebut Amurang
sebagai Afdeeling dalam Residentie Menado (sebagaimana saya sebutkan
sebelumnya). adrianuskojongian.blogspot.comsejarah.co.
Rentang Waktu |
Ejaan Kolonial |
Ejaan Modern |
1910-an |
Kumelembuai / var. |
Kumelembuai |
Ringkasan Perbandingan
Rentang Waktu |
Ejaan Kolonial |
Ejaan Modern |
Penjelasan Singkat |
1850-an |
Kümëlembuai |
Kumelembuai |
Dari sumber
zending/zending ilmiah (ejaan variatif dengan diakritik) |
1910-an |
Kumelembuai (atau var.) |
Kumelembuai |
Dari almanak
pemerintah Belanda, ejaan lebih baku dan konsisten |