Tahun Berdirinya Sekolah di Kawasan Penginjilan K.T.Herman di Distrik Amurang, dokumen 1840

 



Pemerintah Hindia Belanda  membayar gaji  guru  dikawasan Penginjilan  K.T. Herman,  sebanyak  1 Milyar  per  tahun (dikonversi  dari Gulden ke bentuk Rupiah  saat ini) sumber dokumen Nederlandsch Zendelinggenootschap;  tahun 1840. dirangkum  dalam terjemahan  Indonesia oleh : Alffian  Walukow.

Sejarah Pendidikan Misi di Amurang pada Abad ke-19

Amurang merupakan distrik utama yang menjadi pusat kegiatan misionaris Hermann pada abad ke-19. Wilayah pelayanan misi di Amurang tergolong luas dan terbagi ke dalam beberapa subdistrik. Dari sinilah pendidikan misi Kristen mulai berkembang dan meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah pendidikan di Minahasa.

Subdistrik dan Pendirian Sekolah

Kegiatan pendidikan misi di Amurang dapat ditelusuri melalui catatan pendirian sekolah di berbagai kampung:

  • Tompassijan (Tombasian)
    Di Tompassijan Christen (Tombasian Serani), sudah ada sekolah sejak tahun 1790, yang berarti telah berusia sekitar 40 tahun pada saat dicatat kembali.
  • Kuwang-Kuwang (Kawangkoan)
    Di kampung Bujongan (Buyungon), juga sudah berdiri sekolah sejak tahun 1790.
  • Burger (Borgo)
    Di Borgo, sekolah sudah ada sejak 1790, menandakan adanya tradisi pendidikan yang cukup lama.
  • Romohoon (Rumoong)
    Sekolah di Rumoong berdiri sejak tahun 1830. Pada tahun 1837, tiga sekolah yang sudah ada sebelumnya, yakni di Buyungon, Borgo, dan Kawangkoan, digabung menjadi satu.
  • Kawang-Kawang (Kawangkoan)
    Di kampung Wuwuth, Koreng, dan Kojendong (kini Wuwuk, Koreng, Kane’yan), sekolah didirikan pada bulan Maret 1838.
  • Sonder (Tumpaan)
    Sekolah berdiri di Tompang, Tompang Matari, dan Timodekh (Tumpaan, Tumpaan Matani, Tumpaan Tinundek) sejak Maret 1838.
  • Tonsawang (Tombariri)
    Sekolah di Tonbatri (Tombariri) didirikan pada Februari 1837.
  • Tompassijan (Tombasian)
    Di Tompassijan Alifur dan Ranomea (Tombasian Kafir dan Ranomea), sekolah didirikan pada Mei 1837.
  • Tompassian (Tombasian)
    • Di Rittej dan Malinos (Ti’tei dan Malenos), sekolah berdiri pada November 1836.
    • Di Malikki (Maliku), sekolah sudah berdiri sejak 1830.
  • Tonsawang
    Sekolah di Lobuu (Lobu) didirikan pada Oktober 1838.
  • Kawang-Kawang (Kawangkoan)
    • Pinangworongon (Pinamorongan), berdiri tahun 1838.
    • Kumelabayu (Kumelembuai), berdiri tahun 1838.
    • Waken dan Pondos, berdiri Januari 1839.
  • Sonder
    Sekolah di Kapoja (Kapoya) berdiri sejak Juli 1839.
  • Tompassaw (Tompaso)
    Sekolah di Pinolej (Pinaling) berdiri sejak tahun 1839.

Jumlah Murid dan Dukungan

Catatan menunjukkan bahwa sekolah-sekolah ini telah menampung sekitar 880 anak pada masanya. Para guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut memperoleh dukungan langsung dari pihak misi. Untuk membayar gaji guru setiap tahun, misionaris menerima dana sebesar f 1.440.

Nilai f 1.440 dalam Konteks Modern :

Simbol f di  adalah gulden (florin Belanda), mata uang Hindia Belanda pada abad ke-19. Nilainya tidak bisa langsung disamakan dengan rupiah sekarang karena:

  • Gulden tahun 1800-an berbasis emas/perak.
  • 1 gulden sekitar tahun 1840–1850 setara dengan ± 10 gram perak murni atau ± 0,6 gram emas.
  • Harga emas saat ini (2025) ± Rp 1.200.000 per gram.

Perhitungan kasar:

  • 1 gulden ≈ 0,6 gram emas
  • 1.440 gulden × 0,6 gram = 864 gram emas
  • 864 gram × Rp 1.200.000 = ± Rp 1.036.800.000 (sekitar 1 miliar rupiah sekarang).

Jadi, f 1.440 pada abad ke-19 kurang lebih setara dengan ± Rp 1 miliar dalam nilai emas hari ini.

 

Postingan populer dari blog ini

Kampung Tariang Baru,Tabukan Tengah, Pulau Sangihe, Rayakan HUT ke-133

PERIODISASI SEJARAH MINAHASA DAN CIKAL BAKAL PENGGUNAAN NAMA MINAHASA

MASAMPER SANGIHE: DARI MEBAWALASE KE PENTAS LOMBA