Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2025

Hilangnnya Warisan Leluhur berusia 300 tahun : Tongkonan Ka'Pun Toraja

Gambar
      Hilangnya Warisan Leluhur: Analisis Sosio-Kultural dan Hukum atas Penghancuran Tongkonan Ka’pun di Rante Kurra, Tana Toraja (Kronologi hingga Eksekusi 2025) Penulis:   Abstrak Artikel ini mengkaji Tongkonan Ka’pun—rumah adat sakral masyarakat Toraja di Kelurahan Rante Kurra, Kecamatan Kurra, Kabupaten Tana Toraja—dalam rentang sejarah konseptual hingga peristiwa eksekusi/pembongkaran pada 5 Desember 2025. Penelitian dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap dokumen kebudayaan, laporan akademik, dan liputan jurnalistik. Temuan menunjukkan bahwa Tongkonan Ka’pun merupakan situs budaya berusia sekitar tiga abad yang berfungsi sebagai pusat identitas marga dan simbol kontinuitas adat. Namun modernisasi, sengketa lahan, dan lemahnya kerangka hukum pelestarian budaya menjadikannya rentan terhadap tindakan eksekusi oleh hukum negara. Eksekusi 2025 memicu hilangnya struktur fisik dan fungsi komunal tongkonan, sekaligus menunjukkan ketegangan fu...

Analisis Sosial, Hukum, dan Budaya tentang Honor Killing di Iran: Studi Kasus Femisida terhadap Mona Heydari

Gambar
  Analisis Sosial, Hukum, dan Budaya tentang Honor Killing di Iran:  Studi Kasus Femisida terhadap Mona Heydari Abstrak Artikel ini menganalisis praktik honor killing di Iran dengan fokus pada kasus Mona Heydari (2022) sebagai ilustrasi hubungan antara norma budaya, sistem hukum, dan struktur patriarkal. Dengan pendekatan multidisiplin yang menggabungkan analisis hukum, antropologi sosial, dan studi gender, tulisan ini memperlihatkan bagaimana konsep namus (kehormatan keluarga) serta celah dalam Islamic Penal Code (IPC) berkontribusi pada terjadinya kekerasan ekstrem terhadap perempuan. Kajian ini juga membandingkan fenomena serupa di negara lain dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk reformasi struktural. 1. Pendahuluan Honor killing atau qatl-e namusi merupakan bentuk femisida yang dilakukan dengan dalih mempertahankan atau memulihkan kehormatan keluarga . Fenomena ini muncul dalam berbagai budaya patriarkal di Timur Tengah, Asia Selatan, dan beberapa...

Liesbeth Dotulong / Maria Menado

Gambar
  Maria Menado: Sutradara   dan   Produser   Film Wanita   Pertama   di   Singapur   dan   pemeran   utama   Film PONTIANAK. Simbol Migrasi Budaya dan Pemecah Batas Sinema Melayu Maria Menado, yang nama aslinya adalah Liesbet Dotulong dari Minahasa, Sulawesi Utara, adalah salah satu figur paling karismatik dan revolusioner dalam sejarah sinema Melayu pasca-perang (1950–1960-an). Perjalanannya—dari seorang model sandiwara di Indonesia hingga menjadi produser film wanita pertama di Malaya dan akhirnya Istri Sultan Pahang—menjadikannya simbol migrasi budaya yang sukses dan pemecah batas gender serta etnis. I. Awal Era Minahasa di Panggung Internasional Liesbet Dotulong memulai karier di usia belasan tahun sebagai model dan pemain sandiwara di Indonesia pada akhir 1940-an. Kecantikan yang sering dilabeli ‘eksotis’—merefleksikan darah keturunan Minahasa/Manado yang modern dan memiliki akulturasi Barat—menarik perhatian. Pintu g...

“Manusia 100 tahun di Sulawesi Utara: Jejak Para Centenarian”

Gambar
“Manusia 100 Tahun di Sulawesi Utara: Jejak Para Centenarian”   di Sulawesi   Utara Para Sesepuh yang Menjadi Saksi Hidup Perjalanan Zaman Sulawesi Utara adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki konsentrasi cukup tinggi warga lanjut usia ekstrem ( extreme longevity ), terutama di wilayah-wilayah pedesaan Minahasa, Tomohon, Sangihe, dan Bolaang Mongondow. Tradisi makan alami, pola hidup bersahaja, kuatnya ikatan keluarga, dan kedamaian kampung menjadi faktor yang sering disebut para ahli kesehatan masyarakat sebagai penyebab tingginya harapan hidup regional. Dalam rentang 2021–2025, berbagai media lokal—baik Tribun Manado, Manado Post, Sindo/Manado Line, BeritaManado, Suaramanadonews, Klik24, Kumparan Manado, hingga dokumen KPU, Pemkot Manado, Pemkab Minahasa—merekap banyak nama tokoh yang telah berusia 100 tahun atau lebih. Mereka bukan sekadar lansia; mereka adalah saksi hidup dari kolonialisme Belanda, kedatangan Jepang, perang Pasifik, kemerdekaan Indonesia...