Liesbeth Dotulong / Maria Menado
Maria Menado: Sutradara dan
Produser Film Wanita Pertama
di Singapur dan
pemeran utama Film PONTIANAK.
Simbol Migrasi Budaya dan Pemecah Batas
Sinema Melayu
Maria Menado, yang nama aslinya adalah Liesbet
Dotulong dari Minahasa, Sulawesi Utara, adalah salah satu figur paling
karismatik dan revolusioner dalam sejarah sinema Melayu pasca-perang
(1950–1960-an). Perjalanannya—dari seorang model sandiwara di Indonesia hingga
menjadi produser film wanita pertama di Malaya dan akhirnya Istri Sultan
Pahang—menjadikannya simbol migrasi budaya yang sukses dan pemecah batas gender
serta etnis.
I. Awal Era Minahasa di Panggung
Internasional
Liesbet Dotulong memulai karier di usia
belasan tahun sebagai model dan pemain sandiwara di Indonesia pada akhir
1940-an. Kecantikan yang sering dilabeli ‘eksotis’—merefleksikan darah
keturunan Minahasa/Manado yang modern dan memiliki akulturasi Barat—menarik
perhatian.
Pintu gerbang ke kancah internasional
terbuka pada tahun 1949, saat ia, di usia sekitar 17 tahun, ikut serta dalam
rombongan peragaan busana ke Singapura. Dalam rombongan itu, ia berinteraksi
dengan artis senior seperti Fifi Young. Liesbet kemudian mengambil keputusan
krusial: menetap di Singapura, yang saat itu merupakan pusat industri film
terbesar di Asia Tenggara.
II. Pencitraan
Ulang dan Dominasi Layar Perak
Di Singapura,
Liesbet bertransformasi menjadi Maria Menado. Nama panggung ini bukan sekadar
nama, melainkan strategi pemasaran yang jenius. Secara eksplisit merujuk pada Manado,
nama ini menggarisbawahi identitas etnisnya, menonjolkannya dari aktris Melayu
lokal, dan mengkapitalisasi citra yang modern, dinamis, dan sedikit ‘asing’.
- Debut dan Duet Legendaris: Maria
Menado mengawali debut filmnya dalam Penghidupan (1951), di mana ia
langsung beradu akting dengan aktor yang kelak menjadi legenda, P. Ramlee.
- Ikon Pontianak: Puncaknya
terjadi pada tahun 1957 melalui film horor Pontianak. Perannya
sebagai hantu wanita yang cantik dan menakutkan mencetak sejarah,
menjadikan film ini sebagai film horor Melayu pertama yang sukses besar.
Maria Menado menjadi sinonim dengan citra pontianak, menunjukkan
kemampuannya untuk beradaptasi dan mendominasi genre baru.
III. Revolusi di
Belakang Layar: Sang Produser Wanita Pertama
Maria Menado tidak
puas hanya berada di depan kamera. Menyadari besarnya kendali yang dimiliki
oleh produser, ia melakukan langkah historis:
- Pada
tahun 1961, ia mendirikan Maria Menado Production (M.M Production).
Tindakan ini menjadikannya produser film wanita Melayu yang pertama di
Malaya.
- M.M
Production memproduksi film-film yang menegaskan visinya, seperti Siti
Zubaidah (1961) dan Pontianak Kembali (1963).
Langkah ini membuktikan bahwa Maria
adalah seorang pionir. Keberhasilannya diakui secara global ketika majalah Times
pada tahun 1961 menjulukinya sebagai "The Most Beautiful Woman in
Malaya," mengukuhkan statusnya sebagai ikon budaya Asia Tenggara.
IV. Epilog
Kehidupan: Dari Sinema ke Kerajaan
Karier Maria Menado di layar perak
berakhir secara dramatis pada tahun 1963. Ia menikah dengan Almarhum Sultan Abu
Bakar Riayatuddin Al-Muadzam Shah ibni Almarhum Sultan Abdullah Al-Mutassim
Billah Shah, Sultan Pahang.
Pernikahan ini menjadi babak terakhir
dari transformasi luar biasa: dari Liesbet Dotulong dari Manado menjadi salah
satu Istri Sultan Pahang. Maria Menado pensiun dari dunia hiburan, tetapi
kisahnya menjadi kisah modern tentang mobilitas sosial, ketenaran budaya, dan
integrasi politik, menunjukkan bagaimana latar belakang etnis yang unik
(Minahasa) dapat menembus batas sosial dan industri.
Silsilah Keluarga (Ringkasan Historis)
Maria Menado adalah keturunan Minahasa
(Manado) dengan marga Dotulong (dan kemungkinan juga terkait Mandagi). Ia
menikah tiga kali, dengan pernikahan keduanya yang paling signifikan adalah
dengan Sultan Pahang (1963), di mana ia dikaruniai tiga anak yang berstatus
bangsawan (Tengku Norashikin, Tengku Idris, dan Tengku Baharuddin).
Melalui karier yang melintasi dua negara
dan peran yang mencakup aktris, ikon horor, hingga produser, Maria Menado
dikenang sebagai jembatan budaya yang mewakili kegigihan wanita Indonesia di
panggung sejarah modern Asia Tenggara.
Peran Maria Menado sebagai Pontianak
dalam film berjudul sama pada tahun 1957 adalah titik balik yang sangat penting
(bahkan krusial) bagi kariernya, dan juga bagi sejarah sinema Melayu.
Berikut adalah analisis mengapa peran
tersebut begitu signifikan:
1. Film Horor Melayu Pertama (Pionir Genre)
Sebelum Pontianak (1957), sinema
Melayu di Singapura (Malaya) didominasi oleh melodrama, drama keluarga, dan
kisah sejarah. Film ini secara luas diakui sebagai film horor Melayu pertama
yang sukses secara komersial.
- Pencipta
Genre: Sebagai bintang utama dalam film pionir, Maria Menado secara
otomatis menjadi pencipta ikon untuk genre tersebut. Ia menetapkan
standar visual dan naratif untuk peran hantu wanita yang kemudian diikuti
oleh banyak film horor lainnya.
- Keberanian
Artistik: Film ini menunjukkan keberanian studio (Cathay Keris) dan aktor
untuk mengambil risiko pada tema yang belum teruji, menjadikan Maria
sebagai aktris yang serba bisa dan tidak takut mengambil peran menantang.
2. Pemanfaatan Citra Eksotis (Exotic
Gaze)
Peran Pontianak memungkinkan Maria
Menado untuk sepenuhnya memanfaatkan citra 'eksotis' dan 'non-lokal' yang
melekat pada dirinya sebagai wanita Minahasa/Manado.
- Citra
Dua Sisi: Maria dapat menampilkan sisi kecantikan yang mempesona (sebagai
wanita yang memikat korbannya) sekaligus sisi kegelapan yang menakutkan.
Kecantikan yang sedikit 'berbeda' dari Melayu lokal dipersepsikan oleh
penonton sebagai sesuatu yang misterius dan magis, sangat cocok untuk
karakter supranatural.
- Daya
Tarik Seksual dan Bahaya: Karakter Pontianak yang dimainkan Maria dianggap
memiliki daya tarik seksual yang kuat—sebuah citra yang populer di sinema
internasional saat itu—tetapi juga mematikan. Kombinasi daya tarik dan
bahaya ini sangat kuat di mata penonton laki-laki maupun perempuan.
3. Sukses Komersial
dan Ketenaran Instan
Pontianak
(1957) bukan sekadar film yang unik, tetapi juga fenomena box office.
- Lonjakan
Popularitas: Keberhasilan film ini secara finansial membuat nama Maria
Menado melonjak dari sekadar aktris menjadi bintang papan atas (superstar).
Ia menjadi
aktris yang paling dicari dan dibayar mahal di industri film Malaya.
- Penguatan Nama Panggung: Sukses
besar ini mengukuhkan nama Maria Menado sebagai brand yang kuat di
seluruh Semenanjung Melayu, mengasosiasikannya dengan kualitas film dan
keglamoran.
4. Fondasi untuk
Langkah Karier Selanjutnya
Ketenaran yang didapat dari Pontianak
adalah modal yang sangat penting bagi keputusan Maria Menado di masa depan:
- Modal
Bisnis: Ketenaran dan daya tarik box office Maria adalah faktor
kunci yang memungkinkannya mendirikan perusahaannya sendiri, Maria Menado
Production (M.M Production), pada tahun 1961. Kesuksesannya sebagai
Pontianak memberikan kredibilitas finansial yang diperlukan untuk menjadi produser
wanita pertama.
- Jembatan
ke Kehidupan Bangsawan: Statusnya sebagai superstar papan atas dan
ikon budaya yang diakui secara luas ("The Most Beautiful Woman in
Malaya") adalah salah satu faktor yang menempatkannya dalam lingkaran
sosial elite dan menarik perhatian keluarga kerajaan Pahang, yang mengarah
pada pernikahannya dengan Sultan.
Singkatnya, peran Pontianak pada tahun
1957 adalah peran yang mengubah genre film, menetapkan Maria Menado
sebagai ikon budaya, dan memberinya kekuatan finansial dan status sosial untuk
menjadi produser, sekaligus membuka jalannya menuju kehidupan istana.

